KRICOM - Pada hari Minggu (4/3/2018) siang, aparat Kepolisian Wiltshire, Salisbury, Inggris menemukan dua orang, masing-masing seorang pria berusia 66 tahun dan perempuan usia 34 tahun terbaring lemah di salah satu bangku di pusat perbelanjaan Maltings.
Pihak kepolisian setempat menemukan, kedua orang tersebut berada dalam kondisi kritis akibat terpapar sebuah zat yang belum diketahui.
"Pasangan tersebut saat ini tengah dirawat akibat terpapar sebuah zat yang belum diketahui dan tengah berada dalam perawatan intensif dengan kondisi kritis," bunyi pernyataan Kepolisian Wiltshire di akun Twitter resminya, @wiltshirepolice, Senin (5/3/2018).
Belakangan, pihak kepolisian berhasil mengidentifikasi pasangan tersebut. Sang pria diketahui bernama Sergei Skripal, sedangkan perempuan yang terbaring di sampingnya adalah sang anak yang bernama Yulia Skripal.
Aparat berwajib dibantu sejumlah pihak terkait juga menemukan bahwa Sergei dan Yulia telah terpapar sebuah racun yang masuk ke dalam golongan senjata kimia militer. Perdana Menteri Teresa May mengumumkan, senjata kimia tersebut merupakan sebuah racun syaraf yang biasa disebut Novichok.
"Berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh para ahli kelas dunia dari Porton Down, kami tahu bahwa Rusia sebelumnya telah memproduksi zat jenis ini dan hingga saat ini masih memiliki kemampuan untuk melakukan hal serupa," ujar May, seperti dikutip dari The Guardian, Senin (12/3/2018).
May tak ragu untuk menuding Pemerintah Rusia terlibat dalam insiden ini. Pasalnya menurut May, racun syaraf tersebut tidak bisa diproduksi dan dibeli secara bebas oleh warga sipil.
"Juga ketika melihat sejarah Rusia terkait upaya pembunuhan yang didukung negara dan target-targetnya yang merupakan pembelot, maka Pemerintah Inggris menyimpulkan bahwa kemungkinan besar Rusia bertanggung jawab atas insiden yang menimpa Sergei dan Yulia Skripal," sambungnya.
Kasus ini mendapatkan respon keras dari Amerika Serikat dan sejumlah negara-negara di Eropa. Mereka langsung memulangkan para diplomat asal Negeri Beruang Merah sebagai bentuk protes atas upaya pembunuhan dengan menggunakan senjata kimia.
Amerika Serikat baru-baru ini telah mengusir 60 diplomat asal Rusia, diikuti Ukraina yang juga memulangkan 13 diplomat Rusia. Kanada, Jerman, Perancis, dan Polandia masing-masing juga melakukan langkah serupa dengan memulangkan 4 diplomat.
Pemerintah Italia, Estonia, Belanda, Republik Ceko, Lithuania, Rumania, dan Finlandia masing-masing turut mengusir antara 1 hingga 3 diplomat.
Sampai berita ini ditulis, Sergei dan Yulia Skripal dikabarkan masih harus menjalani perawatan yang intensif di salah satu rumah sakit di Inggris.