KRICOM - Kasus pembunuhan seorang diplomat Inggris di Beirut, Lebanon, akhirnya telah menemui titik terang. Baru-baru ini seorang pria yang berprofesi sebagai sopir Uber mengaku telah membunuh karyawan Kedutaan Besar Inggris untuk Lebanon, Rebecca Dykes.
Seperti dirilis The Guardian, tersangka yang bernama Tariq H tersebut telah ditangkap oleh pihak kepolisian pada Senin (18/12/2017) waktu setempat. Dalam pengakuannya kepada penyidik, Tariq mengakui semua perbuatannya.
Dari laporan yang dirilis kepolisian, peristiwa tersebut bermula ketika Dykes tengah berkumpul bersama teman-temannya di sebuah cafe di kawasan Gemmayze, salah satu distrik di Beirut pada hari Jumat (15/12/2017) malam. Lalu pada tengah malam, Dykes pamit untuk pergi ke tempat lain, diduga untuk pulang ke tempat tinggalnya.
Dirinya memutuskan untuk memanfaatkan jasa taksi online Uber. Hal itu ditegaskan oleh sebuah rekaman CCTV yang memperlihatkan Dykes naik ke dalam sebuah mobil yang dikendarai oleh tersangka, Tariq.
Namun Dykes ditemukan tewas pada hari Sabtu (16/12/2017) pagi di jalan tol Metn, tepatnya di pinggir jalur ke luar Beirut. Menurut keterangan polisi, Dykes diperkirakan tewas pada pukul 04.00 dini hari.
Menanggapi pengakuan Tariq, perwakilan Uber di Lebanon langsung mengirimkan pernyataan melalui email. Dalam surat tersebut, Uber mengutuk keras sikap sopir tersebut dan siap bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk menyelesaikan kasus tersebut.
"Kami merasa sangat ngeri dengan kejadian tak berperikemanusiaan ini. Kami turut berduka cita atas kehilangan anggota keluarga korban dan siap untuk bekerja sama dalam bentuk apapun dengan otoritas setempat untuk membantu penyelidikan," demikian bunyi pernyataan dari perusahaan Uber.
Menurut data yang tercantum di LinkedIn pribadinya, Dykes merupakan karyawan yang bekerja sebagai manajer program dan kebijakan di Departemen Pengembangan Internasional Kedubes Inggris. Dirinya juga tercantum sebagai manajer kebijakan untuk Kementerian Luar Negeri Inggris.
Dykes yang merupakan lulusan Universitas Manchester dan memegang gelar Master di bidang keamanan internasional dan pemerintahan luar negeri ini juga sempat bekerja sebagai analis riset negara Irak di Kementerian Luar Negeri Inggris.