KRICOM - Kepolisian Filipina kembali mengundang sorotan tajam. Baru-baru ini, aparat berwajib setempat dilaporkan telah melakukan pembunuhan terhadap 13 orang yang diduga bandar dan pengedar narkoba. Ironisnya, pembunuhan tersebut terjadi hanya dalam satu hari.
Seperti dirilis The Guardian, tewasnya 13 bandar dan pengedar narkoba tersebut terjadi pada hari Rabu (21/3/2018) silam di sebuah kawasan yang berlokasi di bagian utara Ibu Kota Manila. Selain itu, aparat kepolisian Filipina juga meringkus sekitar 100 orang yang diduga terlibat dalam bisnis peredaran narkoba.
"Operasi ini adalah bagian dari program percepatan untuk memberantas narkoba dan segala bentuk kriminalitas di kawasan provinsi Bulacan," ujar Kepala Kepolisian Provinsi Bulacan, Romeo Caramat dalam sebuah pernyataan kepada wartawan.
"Sayangnya, 13 tersangka terbunuh ketika aparat kami menembak dalam rangka membela diri setelah para tersangka yang juga bersenjata merasa terjebak dan mulai menembaki kami," papar Caramat.
Hingga saat ini, setidaknya 4.000 orang telah tewas akibat program pemberantasan narkoba gagasan Presiden Rodrigo Duterte yang kontroversial. Tak hanya itu, menurut laporan sebuah badan pemerhati HAM, juga terdapat ribuan korban jiwa lainnya yang tewas oleh para pembunuh bayaran.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang berbasis di Kota Hague, Belanda, berniat untuk melakukan penyelidikan. ICC bahkan tak ragu menyebut program pemberantasan narkoba Duterte sebagai sebuah aksi pembunuhan massal. Duterte langsung bereaksi keras dengan mencabut keanggotaannya di ICC.