KRICOM - Dunia menyambut malam pergantian tahun dengan perayaan tahun baru. Pada malam menjelang tanggal 1 Januari, hampir seluruh negara-negara di dunia menggelar berbagai perayaan diiringi harapan agar tahun yang baru lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Tapi, tahukah kamu sejarah perayaan tahun baru? Tanggal 1 Januari pertama kali dirayakan sebagai tahun baru pada tahun 45 SM oleh bangsa Romawi. Ketika itu, Julius Caesar yang baru saja dinobatkan sebagai Kaisar Roma melakukan perombakan terhadap sistem penanggalan.
Dibantu seorang ahli astronomi bernama Sosigenes, Julius Cesar merancang sistem penanggalan baru yang disebut Kalender Julian. Dirancang mengikuti revolusi matahari, sebagaimana dilakukan bangsa Mesir, satu tahun dalam Kalender Julian berlangsung selama 365 hari 6 jam.
Pada perkembangannya, Kalender Julian mengalami modifikasi, yakni dalam hal penetapan tahun kabisat. Penyempurnaan ini disahkan pada tanggal 24 Februari 1582 oleh Paus Gregorius XIII. Nama Kalender Julian pun berubah menjadi Kalender Gregorian. Kalender inilah yang kemudian digunakan oleh hampir seluruh negara di dunia.
Di era Julius Cesar, perayaan tahun baru merupakan pemujaan terhadap Dewa Janus. Pemujaan tersebut dilakukan dengan berbagai cara, termasuk menyalakan kembang api dan meniup terompet. Kini, tradisi kembang api dan terompet masih terus dilakukan orang dalam perayaan tahun baru, namun tidak lagi sebagai bentuk pemujaan kepada Dewa Janus, melainkan hanya untuk kesenangan semata.
Namun ternyata, kembang api dan terompet bukan merupakan hal wajib bagi warga Korea, Cina, dan Jepang loh. Mereka lebih memilih mengunjungi rumah ibadah di malam pergantian tahun untuk memanjatkan doa agar dilimpahkan rezeki di tahun mendatang.