KRICOM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mencatat secara tektonik wilayah Jawa Barat merupakan kawasan rawan gempa.
"Wilayah Jawa Barat memang rawan gempa bumi," ujar Kepala BMKG Bandung, Toni Agus Wijaya, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (16/12/2017).
Toni menambahkan, Jawa Barat sangat berpotensi diguncang gempa bumi kuat akibat aktivitas subduksi lempeng yang terdapat di Samudera Hindia sebelah selatan Jawa Barat, dan sesar aktif yang tersebar di daratan. Jadi, lanjut Toni, tidak heran jika Jawa Barat beberapa kali diguncang gempa dengan kekuatan besar.
"Dari catatan sejarah menunjukkan bahwa gempa di selatan Jawa Barat sudah terjadi beberapa kali. Gempat terjadi kuat, merusak, bahkan memicu tsunami," imbuhnya.
Toni kemudian memaparkan kapan saja terjadi gempa di wilayah itu, seperti gempa di Banten berkekuatan 8,1 pada Skala Richter (SR) pada 27 Februari 1903 menimbulkan kerusakan di wilayah Banten dan Jawa Barat.
Kemudian pada 17 Juli 2006, gempa bumi dengan kekuatan 7,8 SR memicu terjadinya tsunami Pangandaran. Pada 2 September 2009 terjadi gempa bumi di Tasikmalaya dengan kekuasatan 7,0 SR sehingga menimbulkan kerusakan bangunan dan korban jiwa.
Sementara itu, ketika disinggung tentang gempa pada Jumat malam (15/12/2017) kemaren, Toni mengatakan jika gempa tersebut merupakan gempa jenis menengah. Gempa terjadi karena zona ini Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng Eurasia dengan laju 70 milimeter per tahun.
Hasil analisis mekanisme sumber keluaran BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi ini memiliki mekanisme pergerakan yang merupakan kombinasi pergerakan dalam arah mendatar dan naik (oblique sinistral).
"Dengan melihat lokasi episenter kedalaman hiposenter dan mekanisme sumbernya, maka diperkirakan pembangkit gempa ini adalah adanya deformasi batuan pada zona Benioff bagian atas dari lempeng samudra yang tersubduksi (subducted plate)," imbuhnya.
"Pusat gempa bumi yang terjadi tadi malam berjarak sekitar 50km arah utara dari pusat gempa tahun 2009," pungkasnya.