KRICOM - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengeluh dengan puluhan alat pendeteksi gelombang tsunami yang rusak.
Menurut Sutopo, 22 alat pendeteksi tsunami yang tersebar disejumlah perairan Indonesia mengalami kerusakan sejak tahun 2012 silam.
"Ada kerusakan karena alatnya karatan, dan tidak ada anggaran untuk pemeliharaan dan akibat vandalisme," kata Sutopo kepada wartawan, Minggu (17/12/2017).
Dia menuturkan, alat tersebut sudah dipasang sejak peristiwa tsunami Aceh pada tahun 2004. Kerusakan alat itu diperparah karena sering digunakan untuk menambat kapal oleh nelayan dan lampunya dicuri.
"Akibatnya, pencabutan peringatan dini tsunami dari gempa di selatan Pulau Jawa semalam menjai lamban," imbuhnya.
Saat ini, lanjut Sutopo, BNPB mengandalkan lima alat. Alat itu milik India yang dipasang di sebelah barat Aceh, satu unit milik Thailand di laut Andaman, dua unit milik Austalia di selatan Sumba dan satu unit milik Amerika Serikat di utara Papua
"Padahal, kalau ada alat itu, deteksi tsunami bisa lebih cepat dua kali lipat," tuturnya.
Sutupo menegaskna jika masyarakat memerlukan peralatan ini. Dia berharap agar pemerintah melakukan pengadaan kembali alat pendeteksi tsunami.
"Untuk melindungi masyarakat dari wilayah rawan tsunami," tutupnya.