KRIMINALITAS.COM, Cirebon - Kepolisian Resor Cirebon Kota, Jawa Barat, mengamankan 20 orang panitia bedah buku yang diduga berbau SARA dan menyudutkan agama tertentu pada Minggu (18/6/2017).
Dari jumlah tersebut, satu orang merupakan mantan napi yang pernah meracuni polisi di Aceh. Satu orang lainnya merupakan teman dari teroris pelaku bom bunuh diri di Masjid Polresta Cirebon.
Kapolresta Cirebon AKBP Adi Vivid Agustiadi Bachtiar mengatakan, penangkapan tersebut bermula dari beredarnya pamflet di media sosial tentang acara bedah buku bertema "Membentengi Aqidah Ummat dari bahaya permutadan".
Pamflet yang beredar tersebut dinilai bernada provokatif, hasutan dan menyudutkan agama tertentu.
"Pamflet yang beredar juga berbeda dengan pamflet awal yang disepakati sebelumnya. Yang beredar ini sudah menimbulkan keresahan di masyarakat maupun warganet," kata Adi Vivid kepada wartawan, Selasa (20/6/2017).
Adi mengaku pihaknya sudah melakukan konfirmasi kepada pengurus masjid Al Jamaah di Komplek Pertamina Klayan Cirebon yang rencananya akan dijadikan tempat bedah buku.
Saat dikonfirmasi, kata Adi, pengurus masjid mengaku kaget melihat brosur yang beredar di media sosial.
"Ustaz Asep selaku pengurus masjid yang kami temui kaget karena brosur bernada provokatif yang tidak disetujui itu beredar. Dari situ beliau juga langsung menelepon panitia untuk membatalkan acara bedah buku, maka acara itu pun resmi dibatalkan," jelasnya.
Dia menjelaskan, penangkapan 20 panitia tersebut dikarenakan acara bedah buku tetap dilanjutkan. Tim Media Sosial Polresta Cirebon menemukan informasi rencana bedah buku tersebut pindah ke Masjid Abdurrahman di Desa Panjunan Kota Cirebon.
"Karena sudah menimbulkan keresahan dan waktu kami ke Masjid Abdurrahman ada juga ormas yang memang sudah meminta pengurus masjid membatalkan acara bedah buku itu," imbuhnya.
Akibat penangkapan tersebut, 20 panitia bedah buku terancam Pasal 45 ayat 2 UU ITE Nomor 11 tahun 2009 tentang tindakan penghasutan dan penebar kebencian.
"Termasuk pembicaranya Ustaz Bernard Abdul Jabbar yang akan didalami apakah benar dulu seorang misionaris masuk Islam atau bagaimana. Kami juga sudah berkoordinasi dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) agar menjaga dan bersama-sama mendukung keberagaman," pungkasnya.