KRICOM - Direktur Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menganggap gelaran Reuni Akbar Almuni 212 yang berlangsung Sabtu (2/12/2017) sangat berbahaya. Menurutnya, para penggagas acara itu ingin mengganti ideologi negara.
Karyono pun menyebut beberapa contoh seruan dan jargon yang menunjukkan adanya tendensi merubah haluan negara, yakni seruan untuk menegakkan NKRI Bersyariah dan Pancasila Syariah.
"Ini apa maksudnya? Ada tambahan syariah di belakang NKRI dan Pancasila?" kata Karyono di Jakarta, Minggu (3/12/2017).
Di sisi lain, ada kelompok yang menjadi bagian dari aksi 212 mengusung ideologi Khilafah untuk menggantikan bentuk negara Indonesia dan menggantikan ideologi Pancasila menjadi Syariat Islam.
"Ini jelas menunjukkan Presidium Alumni 212 memiliki agenda politis dan ideologis", tegas Karyono
Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini mengungkapkan, sepengetahuannya, dalam literasi di ormas Islam terbesar yaitu NU dan Muhammadiyah tidak ada kata NKRI syariah dan Pancasila Syariah. Begitu juga di partai Islam seperti PKB, PPP dan PAN tidak menggunakan NKRI Syariah dan Pancasila Syariah sebagai pedoman organisasi.
"Ah sudahlah jangan aneh-aneh. NKRI ya NKRI, enggak ada NKRI Syariah. Cukup Pancasila jangan ditambah syariah di belakangnya. Jangan lagi mempersoalkan Pancasila yang sudah final", pungkasnya.