MAUNYA sih enggak mau terjebak gerakan 'latah nasional' dengan ikut-ikutan nyinyirin tingkah polah 'papa' yang satu ini. Tapi lagi-lagi memang sulit, bahkan tidak mungkin lagi untuk mengelak.
Bayangkan, buka whatsapp langsung disuguhi cerita kocak soal curhat tiang listrik yang klarifikasi karena dituduh jadi biang kecelakaan papa. Beringsut ke meja kerja, lalu buka laptop dan ngeklik medsos, lagi-lagi gambar konyol ketua dewan itu nongol lagi.
Kali ini wajah yang sedang hangat dibicarakan itu muncul dengan dandanan yang bikin nyengir: badan dililit handuk warna biru hingga sebatas dada yang ditumbuhi bulu-bulu dan pakai penutup rambut warna pink. Wajah 'nggemesin' itu melongok dari dalam bathup dengan senyumnya yang menggoda dan sederet kalimat usil, "Hayoo pada ngapain, lagi ngomongin aku ya...?" Gimana enggak terbahak coba?
Niatnya sih tak mau tertawa di atas derita orang, apalagi pengadilan juga belum memutuskan kalau ‘papa’ ini terbukti bersalah melakukan korupsi seperti yang dituduhkan. Memang prematur dan tidak adil kalau kita semua berkoar dengan begitu yakin bahwa ‘papa’ patut disalahkan. Seyogianya jika semua menjunjung asas praduga tak bersalah padanya.
Tapi ternyata situasi di sekitar sedang ingin 'nyinyir berjamaah' dan menumpahkan kesal dan unek-unek yang kadung mengganjal di dada melihat sikap ngeyel yang dipertontonkan oleh ‘papa’ sendiri.
Nyatanya, dari kalangan atas sampai bawah, dari berbagai profesi, baik akademisi, pengamat, sampai tokoh nasional sudah tak kuat lagi menahan untuk tidak berkomentar miring tentangnya. Kecuali tentu saja orang-orang yang telanjur 'utang budi' pada pak ketua ini. Apa daya, loyalitas pada si tuan besar harus mereka tunjukkan.
Sebenarnya kalau mau jujur, semua pasti geregetan tingkat 'bingits' saat disuguhi berita soal pimpinan partai beringin yang dituding mencuri uang e-KTP ini. Apalagi ditingkahi dengan celotehan sang pengacara yang kadang membabi buta membela juragannya.
Mereka bilang akan patuhi dan hormati proses hukum, tapi nyatanya? Tak digubrisnya panggilan untuk jadi saksi dan tersangka. Lalu dijemput untuk diajak 'ngopi-ngopi' oleh KPK, dia malah milih main petak umpet.
Tapi 'sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga', itu kata peribahasa. Pak ketua ini akhirnya ditemukan di rumah sakit. Pengacaranya bilang, juragannya benjol sebesar bakpao di keningnya karena menabrak tiang listrik.
Hmm..., bisa jadi kisah Setnov ini akan jadi serial yang kelanjutan ceritanya selalu dinantikan. Kita tunggu pemirsa, apalagi kelucuan yang akan dilakukannya setelah ini.