KRICOM - Isu kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab dianggap sebagai alat untuk mengancam dan menakuti-nakuti masyarakat.
Hal ini diungkapkan Pengamat sosial dan politik Arbi Sanit. Menurutnya, kubu pendukung Rizieq ingin mengetes respon pemerintah apakah memang akan memproses hukum atau tidak.
"Dia lempar-lempar isu aja untuk menjajaki situasi dan keadaan dengan ancaman yang dilakukan," kata Arbi saat dihubungi Kricom, Senin (12/1/2018).
"Jadi apa reaksi dari ancaman itu? Mereka yang bakal kumpulkan informasinya apakah akan pulang atau tidak," imbuhnya.
Pengamat dari Universitas Indonesia ini menilai, pernyataan terkait bakal terjadi konflik jika polisi tak menerbitkan SP3 ke Habib Rizieq merupakan pendapat yang keliru.
"Mereka yang bikin masalah. Kalau mereka mencoba ngancam dan bergerak berlawanan dengan keamanan stabilitas, tentu masyarakat dan aparat akan siap menghadapi. Itu ancaman juga," tuturnya.
Arbi tak yakin jika ancaman seperti yang selama ini mereka suarakan bakal terjadi.
"Ah itu baru ucapan saja. Karena radikalnya mereka tidak mendalam dan hanya di permukaan saja seperti aksi-aksi dan ancam-ancam. Belum sampai pada tahap angkat senjata," tutup Arbi.
Sekadar informasi, [endukung Habib Rizieq mendesak polisi untuk mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) kasus pornografi yang menjerat Imam Besar Front Pembela Islam(FPI) itu. Bahkan, mereka menyebut jika hal itu mewakili aspirasi umat Islam.