KRICOM - Presiden Joko Widodo menyatakan, aparat pemerintah dan para pemuka agama harus selalu bekerja sama untuk membangun Indonesia yang kokoh, bukan saja toleran dan saling pengertian semata, tetapi juga terus saling bekerja sama, bersinergi menjaga pendidikan dan sikap umat kita masing-masing.
“Bekerja sama untuk mengembangkan pendidikan yang terbuka, bekerja sama untuk meningkatkan saling pengertian antar agama, antar etnis, dan antara status sosial,” kata Presiden Jokowi saat menerima para peserta Musyawarah Besar Pemuka Agama Untuk Kerukunan Bangsa, di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (10/2/2018) sore.
Kepala Negara mengingatkan, aparat pemerintah dan para pemuka agama juga harus terus-menerus mengingatkan masyarakat tentang nikmatnya perdamaian, nikmatnya persaudaraan, nikmatnya kerukunan, nikmatnya persatuan, yang terus harus disyukuri.
“Jangan sampai kita lupa tentang anugerah dari Tuhan mengenai ini. Jangan sampai kita lupa nikmatnya perdamaian dan kerukunan, karena selama ini kita selalu rukun, jadi lupa kita mensyukuri hal-hal itu,” tutur Kepala Negara.
Untuk itu, Kepala Negara meminta para pemuka agama agar umat dan masyarakat luas selalu diingatkan tentang nasib saudara-saudara di beberapa negara yang sedang konflik, yang dilanda konflik dan perang saudara yang kehidupan sehari-harinya selalu dihantui oleh konflik dan perang, yang peradabannya mundur sampai puluhan tahun bahkan ratusan tahun ke belakang.
Presiden Jokowi mengisahkan perjalanannya Pada bulan Januari yang lalu, saya pergi ke India, Sri Lanka, Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan. Di Bangladesh, lanjut Presiden, dirinya mengunjungi Cox’s Bazar, lokasi pengungsi Rohingya di Bangladesh.
Ia menambahkan bahwa kondisinya betul-betul sangat memprihatinkan dan, Indonesia adalah kepala negara pertama yang mengunjungi Cox’s Bazar. Kepala Negara menyampaikan bahwa ini adalah komitmen Indonesia untuk kemanusiaan dan perdamaian dunia.
Kemudian hari berikutnya, Presiden bercerita ke Afghanistan, Kabul. Sementara beberapa hari sebelumnya, lanjut Presiden, ada ledakan bom yang menewaskan 20 orang. Lalu dua hari sebelum dirinya mendarat di Kabul ada bom lagi yang menewaskan 103 orang, bahkan dua jam sebelum mendarat, markas Akademi Militer di Kabul diserang, 5 tentara tewas dan belasan puluhan luka-luka.
Ia juga mengisahkan pesan dari Presiden Afghanistan Asraf Ghani yang kagum dengan kemajemukan di Indonesia, dan meminta dirinya agar menyelesaikanlah secepat-cepatnya apabila ada konflik antar kampung.
“Selesaikanlah secepat-cepatnya apabila ada konflik antar suku, secepat-cepatnya jangan tunggu berlama-lama, apalagi kalau sudah menyangkut tentang agama. Tegas, secepatnya selesaikan,” kata Presiden Jokowi menirukan Presiden Asraf Ghani, seraya menambahkan, bila sudah menjadi sebuah konflik besar, penyelesaiannya sangat sulit sekali.