KRICOM - Isu kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab dinilai politis. Menurut Pengamat Politik Jeiry Sumapouw, kepulangan Rizieq digunakan kelompok tertentu untuk melestarikan politisasi SARA dalam Pilkada 2018 dan Pemilu 2019.
"Selama Rizieq berada di Arab Saudi, kelompok 212 kehilangan isu. Enggak punya isu yang dimainkan karena bagaimanapun ikonnya harus kita akui dia jadi ikon 212," kata Jeiry kepada Kricom di Jakarta, Rabu (21/2/2018).
Jeiry menambahkan, dengan kepergian Rizieq, isu 212 menjadi garing.
"Kurang bergigi. Ini bisa kita lihat pelaksanaan beberapa kegiatan terakhir yang dukungan semakin menurun," kata Koordonator Pemilih Indonesia ini.
Selain itu, Rizieq bisa menjadi pemersatu kelompok Islam yang selama ini heterogen.
''Isu kepulangan ini sengaja kok. Dimainkan kok ini isunya," tutup Jeiry.
Panitia telah mengagendakan acara penyambutan Habib di bandara sekitar pukul 08.00 WIB. Bahkan Rabu malam (20/2/2018) panitia penyambutan beserta para ulama mengadakan tabligh akbar dan istighosah yang dilangsungkan tiga hari berturut-turut di Cengkareng, Jakarta Barat hingga Kamis (22/2/2018).