KRICOM - Pengamat Politik Boni Hargens menduga ada sekelompok partai politik yang ingin menjadi pemenang Pemilu 2019 dengan menggunakan segala cara. Salah satunya dengan memanfaatkan kelompok radikal guna meraup suara sebanyak-banyaknya.
Boni menyebut, makin eksinya kelompok yang kerap menggelar aksi-aksi membuktikan bahwa kelompok radikal sudah diajak beberapa partai politik untuk mempengaruhi suara-suara kelompok mayoritas Islam.
"Kelihatan motif mereka ingin merebut kekuasaan untuk selanjutnya mengubah konstitusi dan mendirikan negara agama yang hari ini berkedok NKRI bersyariah," kata Boni dalam diskusi bertema 'Ke Mana Kiblat Politik Kelompok Radikal di Pilpres 2019' di Hotel Aryaduta Semanggi, Jalan Garnisun Dalam, Karet Semanggi, Jakarta Selatan, Rabu (13/12/2017).
Boni melanjutkan, sejauh ini kelompok tersebut terus menyerang pemerintahan era Presiden Joko Widodo dengan menggaungkan kata-kata kafir, anti-Islam, hingga isu kebangkitan PKI.
"Mereka juga diam-diam memakai istilah pribumi dan antiasing yang selama ini terus-terus digaungkan," ungkap Boni.
Dia menyebut, pergerakan yang berbau radikal sudah mulai muncul sejak Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Bahkan, pergerakan kelompok radikal yang telah menyusupi politik Indonesia ini dianggap sudah tersusun rapi.
"Nasionalisasi politik radikal sudah berjalan sistematis. Maka perlu penyadaran penuh dari masyarakat untuk menghadapi kelompok semacam ini," jelasnya.
Boni memastikan, kelompok radikal ini ingin berjuang melawan pemerintahan saat ini, khususnya sosok Jokowi.
"Bisa-bisa mereka menggunakan dua kandidat capres sehingga terjadi pertarungan nasionalisme keindonesiaan melawan radikalisme," tandasnya.