KRICOM - Terpecahnya kelompok 212 menjadi tiga tak lepas dari hilangnya 'sosok' pemersatu di antara mereka, yakni terpidana kasus penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Pengamat Politik, Ray Rangkuti menilai, tak adanya titik temu di antara mereka menyebabkan ideologi kelompok tersebut terpecah.
"Enggak ada Ahoknya. Faktor mereka bersatu itu kan Ahok," kata Ray kepada Kricom di Jakarta, Kamis (1/2/2018).
Ray melanjutkan, kasus penistaan agama yang pernah dilakukan Ahok itu menjadi faktor terbentuknya kelompok ini. Terlebih dengan rasa kecewa dan sakit hati di antara sebagian umat Islam karena pernyataan Ahok.
"Pertama, comand and enemy mereka sudah enggak ada. Jadi kita tahu bahwa motivasi sebenarnya dalam tingkat tertentu adalah politik. Ketika kepentingan politiknya berbeda, ya dengan sendirinya (terbelah)," papar Ray.
Karena subyek politiknya sudah habis, lanjutnya, maka mereka memutuskan untuk ke kelompok politiknya masing-masing.
"Yang Garda (212) mau ke Gerindranya monggoh, Persaudaraannya mau kemana, dan Presidiumnya mau kemana ya monggoh. Tergantung mereka," ungkapnya.
"Karena target politik sebelumnya (Ahok) sudah selesai, ya target politik mereka sekarang beda-beda," tutup Ray.
Kelompok 212 kini tengah terpecah. Mereka terbagi menjadi tiga, yakni Garda 212, Persaudaraan 212, dan Presidium 212. Bahkan mereka memiliki pandangan yang berbeda soal kabar kepulangan Imam Besar FPI, Habib Rizieq Shihab yang saat ini masih di Arab Saudi.