KRICOM - 1.300 warga di Desa Kimbely dan Desa Banti, Papua disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB). Selain menyandera, KKB ini juga menjarah harta benda milik warga. Ujungnya, seorang anggota Brimob, Brigadir Firman tewas ditembak oleh anggota KKB.
Dilansir dari berbagai sumber, konflik di Papua sudah lama terjadi. Hal ini dibarengi dengan terbentuknya Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada tahun 1965. OPM dibentuk untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintah dan ingin memisahkan diri dari Indonesia.
Akibatnya, konflik bersenjata terus terjadi di Papua. Mulai dari penyanderaan hingga aksi-aksi yang memaksa pemerintah untuk melakukan operasi militer.
Kali ini, KRICOM merangkum tiga operasi militer yang pernah dilakukan di Papua.
1) Operasi Trikora
(Foto: lancercell)
Operasi Trikora dilakukan pada 19 Desember 1961. Operasi ini dilakukan untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat. Operasi ini disebut sebagai operasi militer terbesar yang pernah dilakukan Indonesia.
Pada tanggal 19 Desember 1961, Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno membentuk Komando Mandala, dengan Mayjen Soeharto sebagai Panglima Komando. Tugas Soeharto kala itu untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menggelar operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia.
Hampir 1,5 tahun konflik ini terjadi. Saat itu, Amerika turut membantu Indonesia karena khawatir Belanda mengambil keuntungan dalam konflik ini. Amerika kemudian mendesak Belanda untuk melakukan perundingan. Hasilnya, pada 15 Agustus 1962 tercapailah persetujuan New York. Dukungan tak hanya datang dari Amerika, Pemerintah Australia yang awalnya mendukung kemerdekaan Papua, juga mengubah pendiriannya. Australia kemudian mendukung penggabungan dengan Indonesia atas desakan AS.
Setelah diadakan referendum di Papua pada tahun 1969, akhirnya rakyat Irian Barat memilih untuk tetap menjadi bagian dari Indonesia.
2) Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma
(Foto: Garuda Militer)
Operasi militer pembebasan sandera Mapenduma dilakukan oleh Kopassus yang dipimpin Komandan Kopassus Prabowo Subianto. Operasi ini dilakukan dari tanggal 8 Januari 1996 hingga 9 Mei 1996.
Operasi ini dilakukan untuk menyelamatkan 26 anggota Tim Ekspedisi Lorentz 95 yang disandera oleh sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Mapenduma, Jayawijaya. Penyanderaan itu dilakukan OPM pimpinan Kelly Kwalik untuk menuntut kemerdekaan atas Wilayah Papua Barat.
26 orang sandera terdiri dari 20 WNI dan enam WNA. 15 WNI dibebaskan tak lama setelah disandera. Sementara empat WNA Inggris, dua asal Belanda dan lima WNI disandera. Saat itu, Kopassus menyerbu markas OPM di Desa Geselama, Mimika. Dalam penyerbuan ini, dua dari 11 sandera ditemukan tewas.
Selepas menyelesaikan tugas berat membebaskan sandera di Mapnduma ini, semua anggota Kopassus yang terlibat dalam operasi ini mendapat hadiah istimewa yaitu Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB).
3). 1.300 Warga di Desa Kimbely dan Desa Banti, Papua
(Foto: Istimewa)
Pada 9 November 2017, 1.300 warga Desa Kimbely dan Desa Banti, Papua disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB). Selain menyandera, KKB mengincar harta benda milik warga.
Kapolda Papua, Irjen Boy Rafli menuturkan, ribuan warga sipil tersebut berasal dari 1.000 warga asli dan 300 warga non-Papua yang selama ini menjadi pendulang dan pengumpul emas.
Sejumlah langkah ditempuh untuk membebaskan para sandera. Puncaknya, pada Jumat (17/11/2017), pasukan gabungan dari TNI-Polri berhasil menyelamatkan 345 sandera.
Dari 345 itu, 23 di antaranya merupakan anak-anak. Operasi penyelamatan ini diwarnai dengan suara letusan senjata yang memaksa warga, polisi dan TNI menunduk untuk menghindari peluru nyasar. Hingga saat ini, operasi gabungan TNI-Polri masih dilakukan untuk meyelamatkan sisa sandera.