KRICOM - Ratusan orang yang menjadi korban penyanderaan di Desa Utikini dan Desa Kimbely memang sudah dibebaskan aparat gabungan TNI-Polri. Tapi puluhan kelompok kriminal bersenjata (KKB) berhasil melarikan diri dari kawasan tersebut.
Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Amar mengajak seluruh komponen masyarakat di sekitar lokasi agar benar-benar menjadikan Papua sebagai daerah yang aman dan damai. Dia tidak ingin pernyataan tersebut jadi slogan tanpa makna.
"Kami ingin Papua aman dan damai. TNI dan Polri berkomitmen untuk itu. Perlu dukungan masyarakat luas untuk mewujudkan itu agar tidak sekadar menjadi sebuah slogan," kata Boy Rafli di Timika, Selasa (21/11/2017).
Hingga kini, pihaknya terus memburu 21 orang yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) terkait berbagai kasus penembakan di wilayah Tembagapura dan sekitarnya masih terus dilakukan oleh jajaran kepolisian setempat.
Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil. Berkaca dari kejadian ini, jenderal bintang dua itu lantas meminta kepada polisi untuk mengecek apakah masih ada orang-orang sipil namun memiliki senjata.
"Membawa senjata api, apalagi digunakan untuk kepentingan melawan hukum, itu sangat membahayakan. Tidak dibenarkan senjata api dipegang oleh masyarakat sipil untuk melakukan tindakan atau perbuatan melawan hukum, apalagi menghilangkan nyawa orang lain," ujarnya.
Untungnya, imbauan Boy Rafli didengar warga setempat. Terbukti ada salah seorang tokoh adat di Jayapura yang menyerahkan senjata api berikut amunisinya kepada pihak berwajib.
Bagi Tito, saat ini sudah bukan zamannya lagi melakukan cara-cara kekerasan dan tidak menghormati hukum dalam menyelesaikan berbagai persoalan.
"Sekarang sudah zamannya membangun, butuh kerja keras. Tindakan memaksakan kehendak melalui pemikiran yang anarkis, radikal tidak akan bisa diterima oleh orang banyak. Kalau hari ini masih ada yang menggunakan cara-cara kekerasan maka itu adalah pelanggaran hukum," tandasnya.