"Papih, I miss you," tutur tiga bocah peremuan cantik memanggil sang ayah.
Orang tua mana yang tak tergetar ketika buah hatinya berucap demikian?
Empat kata yang bagi sebagian orang remeh-temeh, kalimat yang bagi khalayak tanpa makna, kata-kata yang bagi sebagian orang hanya sekadar pemanis cinta. Namun, itu berbeda dengan yang dirasa seorang AKBP Doni Alexander, Kasubdit II Ditnarkoba Polda Metro Jaya.
Pasti berat untuk Doni, terpaksa meninggalkan buah hati demi tugas lapangan yang penuh risiko.
Sebagai salah satu perwira yang terjun langsung menggagalkan penyelundupan sabu seberat 1,6 ton di Kepulauan Riau, Doni dituntut tugas untuk melakukan pemantauan, undercover hingga eksekusi dalam menciduk dan menggagalkan para bandit narkoba yang menjadikan Indonesia sebagai pasar pengeruk uang haram.
Dalam kondisi tersebut, Doni harus sejenak menahan rasa rindunya terhadap anak perempuan kesayangan yang bisa dibilang sudah kelewat rindu dengannya.
Sampai, mungkin hingga tak kuat menahan rindu, anak cantik itu sempat sakit hingga perlu dirawat di rumah sakit.
Ayah mana yang tak mencelos, ketika tahu sang anak tergeletak lemah dalam keadaan tak sehat. Sedangkan dirinya tidak bisa menemani secara langsung.
Doni rela meninggalkan keluarga. Doni rela 'melupakan' anaknya yang terbaring sakit demi menyelamatkan jutaan anak bangsa dari ganasnya narkoba.
Profesionalisme apik dan tanggung jawab terhadap tugas nampaknya dipahami betul oleh Doni yang sebelumnya bertugas di Sumater Utara ini.
Doni merupakan satu di antara anggota korps baju cokelat pimpinan Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, Kombes Suwondo Nainggolan.
Satu di antara sejumlah anggota Satgas Khusus yang berjibaku, bekerja sama, loyal dan profesional dalam mengamankan Indonesia dari serbuan barang haram yang kita sebut narkoba.
Bravo, Polisi Promoter!