KRICOM - Masyarakat yang memasuki usia pensiun rupanya semakin anti terhadap keberadaan kaum LGBT di sekitar mereka.
Dari hasil Survei Lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), tercatat hanya 18,2 persen saja yang menerima jika kaum LGBT menjadi anggota keluarga mereka.
"Sementara, 72,7 persen warga yang sudah pensiun mengaku tak setuju jika ada anggota keluarganya yang LGBT," kara Direktur Media SMRC Ade Armando saat acara diskusi di kantornya, Jalan Cisadane, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (25/1/2018).
Ade menduga, semakin tua usia seseorang, maka semakin sensitif dia terhadap orang lain.
"Bisa jadi karena faktor emosional yang semakin menguat di usia tua,'' paparnya.
Sementara, bagi kalangan ibu rumah tangga, tercatat 42,9 persen menerima kehadiran LGBT di tengah-tengah mereka.
"Yang menolak 57,7 persen," kata Ade.
Profesi lain seperti pengusaha, pegawai swasta, PNS, hingga guru, angka penerimaan mereka terhadap kaum LGBT mencapai 45,9 persen. Yang tidak ingin ada LGBT di keluarga mereka mencapai 50,4 persen.
Untuk kategori penghasilan, bagi responden yang mendapat Rp 2 juta ke atas, ternyata berimbang antara yang menerima dan menolak, yakni 49 persen.
"Angka penerimaan tertinggi terhadap kaum LGBT justru di kalangan masyarakat berekonomi rendah di bawah Rp 1 juta dengan jumlah responden 49 persen. Sementara yang menolak 50 persen," tutup Ade.
Lembaga Riset SMRC membeberkan hasil survei soal sudut pandang masyarakat Indonesia terkait keberadaan kaum LGBT. Survei yang melibatkan 1.200 responden ini digelar menindaklanjuti panasnya fenomena penyimpangan seksual ini
Direktur Media SMRC, Ade Armando mengatakan, survei yang melibatkan seluruh warga Indonesia ini memilih sampel secara Multistage Random Sampling.