KRICOM - Meski banyak yang merasakan keuntungan dari penutupan Jalan Jati baru, Tanah Abang yang digunakan untuk berdagang, namun tak sedikit pula yang merasa pengalihfungsian ini membawa dampak buruk.
Salah satu orang yang merasakan hal ini adalah Riki, penjual baju wanita di Tanah Abang. Alih-alih mendapatkan keuntungan, ia justru mengalami penurunan omzet yang signifikan. Hal ini dikarenakan lapaknya yang kini sulit dijangkau karena tertutupi oleh tenda-tenda yang kini memenuhi jalan.
"Saya jualan di sini udah lama, sebelumnya di blok A. Pas sebelum jalan ditutup omzet sampe Rp 10 juta. Sekarang cuma Rp 2 juta. Dan kami rugi karena ada tenda-tenda di depan situ. Orang baru semua yang dapet tempat, yang lama jarang," ujar Riki saat diwawancarai Kricom.id, Jumat (16/3/2018).
Ia juga merasa tak ada keuntungan yang dapat dirasakan karena uang sewa lapaknya per bulan cukup besar, yakni mencapai Rp 6 juta. Jumlah tersebut dirasa berat dibandingkan dengan PKL yang menempati tenda di Jati Baru dengan ongkos cuma-cuma.
"Saya dari Padang jualan di sini. Dulu ambil tenda pake KTP DKI, jadi saya tidak bisa daftar karena KTP Padang," akunya.
Merasa penghasilannya 'direnggut', ia pun mendukung penuh keputusan para sopir angkutan umum yang meminta dibukanya kembali Jalan Jati Baru untuk dilalui angkot.
"Saya setuju dibuka karena kan ini untuk umum, untuk kendaraan jalan, bukan jualan. Angkot kan dapet penumpang dari stasiun. Apalagi orang turun stasiun langsung belanja di depan, enggak mau capek ke dalam. Dulu orang mampir ke gang-gang kaki lima, karena orang sudah malas masuk. Saya mohon Pak Gubernur dan wagub untuk dibuka saja jalannya," tutup Riki.