KRICOM - Dokter Neurologi, Ryu Hasan, menilai, selama ini banyak orang salah kaprah soal LGBT. Salah satunya adalah politisi-politisi yang menyebut bahwa kelainan seksual itu sebagai penyakit.
"LGBT salah satu sifat manusia. Sifat manusia itu macam-macam, ada yang terekspresi, ada yang terpendam. LGBT itu adalah ekspresi dari orientasi seksual manusia, sifat manusia," kata Ryu dalam acara diskusi di SMRC, Jalan Cisadane, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (25/1/2018).
Menurut Ryu, seseorang yang heteroseksual bisa menjadi homoseksual bila ia sering bergaul bersama.
Namun hal itu akan terjadi jika orang heteroseksual ini, memiliki bakat untuk menjadi penyuka sesama jenis atau golongan lesbian, gay, biseksual, dan transeksual (LGBT).
Dia menilai, pergaulan sosial hanya pemicu saja. "Kalau tidak bakat, ya, mau apa?" katanya.
Ryu mengibaratkan dengan seseorang yang tidak berbakat musik. Meskipun orang itu terus-menerus berdekatan dengan alat musik, maka sampai kapan pun tidak bakal mahir bermain musik.
Begitu pula sebaliknya, seseorang yang berbakat menjadi gitaris andal, tidak mungkin terjadi jika seumur hidupnya belum pernah bersentuhan dengan alat musik itu.
"Seseorang bakatnya biseksual, tapi dia tidak pernah terpapar sama sekali dengan perempuan seumur hidup, begitu ada perempuan, oh, 'kiri bisa kanan bisa'," ujarnya.
Ryu menjelaskan dari faktor internal, orientasi seksual terbentuk dari struktur tubuh dan bisa berubah jika ada perubahan strukturnya. Ia mencontohkan seseorang yang terkena stroke bisa berubah dari pendiam menjadi pemarah.
Cara kerja otak, kata Ryu, disebabkan tiga hal, yaitu struktur, neurotransmiter, dan hormon. Jika salah satunya berubah, maka bisa memicu perubahan orientasi.