KRICOM - Tanggal 23 November merupakan tanggal kelabu bagi dunia penerbangan internasional. Sebab pada tanggal tersebut, terjadi dua peristiwa pembajakan pesawat yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Egypt Air 648, 23 November 1985
Pada 23 November 1985 pukul 9 malam waktu setempat, sebuah pesawat Boeing 737-200 milik maskapai Egypt Air lepas landas dari Athena, Yunani menuju kota Kairo, Mesir dengan membawa 92 penumpang. Tak ada yang menyangka jika dalam pesawat tersebut telah disusupi tiga orang anggota Abu Nidal Organization (ANO), sebuah organisasi militan asal Palestina.
Beberapa menit setelah pesawat bernomor penerbangan 648 itu mengudara, para pembajak mulai melancarkan aksinya. Dua orang pembajak mengeluarkan senjata api dan granat sambil memerintahkan para penumpang agar tidak bergerak. Sementara, pembajak yang lain menerobos masuk ke dalam kokpit.
Salah satu penumpang yang merupakan anggota penjaga keamanan Mesir melakukan perlawanan. Tembak-menembak antara sang petugas keamanan dengan para pembajak pun terjadi di dalam kabin. Akibat baku tembak itu, seorang pembajak tewas, sementara beberapa penumpang mengalami luka-luka. Dua pembajak yang tersisa akhirnya berhasil menguasai keadaan setelah melukai dan melumpuhkan petugas keamanan yang melawan.
Pembajak kemudian memerintahkan pilot untuk terbang menuju Libya. Namun lantaran bahan bakarnya tidak mencukupi, pesawat dengan kode registrasi SU-AYH itu terpaksa mendarat di Malta pada pukul 21.30 waktu setempat untuk meminta makanan dan pengisian bahan bakar.
Pihak otoritas Malta berusaha melakukan negosiasi dengan para pembajak. Hasilnya, belasan sandera dibebaskan, namun para pembajak juga sempat menembak mati tiga orang sandera.
Penyanderaan tersebut berakhir ketika tentara Mesir menyerbu masuk ke dalam pesawat pada pukul 20.15 keesokan harinya. Satu pembajak tewas dan yang lainnya berhasil ditangkap. Sayangnya, penyerbuan tersebut juga menewaskan puluhan penumpang pesawat.
Dilansir dari laman The New York Times, total korban jiwa dari peristiwa berdarah tersebut mencapai 59 orang, termasuk dua orang pembajak. Sementara, 27 lainnya mengalami luka-luka. Hingga kini, tak diketahui secara pasti motivasi di balik pembajakan Egypt Air 648.
Ethiopian Airlines 961, 23 November 1996
Selang 11 tahun setelah insiden Egypt Air, pembajakan pesawat kembali mengguncang dunia di tanggal yang sama. Kali ini, pesawat Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan 961 dibajak oleh tiga warga Ethiopia yang berusaha mencari suaka ke Australia.
Ketika itu, pesawat berjenis Boeing 767-260ER milik maskapai nasional Ethiopia tersebut tengah membawa 163 penumpang dari Addis Bababa, Ethiopia menuju Abidjan, Pantai Gading.
Tiba-tiba, tiga orang penumpang bersenjatakan kapak menyerbu ke dalam kokpit. Ketiga warga negara Ethiopia tersebut mengaku membawa bom dan mengancam akan meledakkan pesawat jika permintaannya tidak dituruti. Belakangan, diketahui bahwa yang dibawa para pembajak sebenarnya hanyalah sebuah botol minuman keras, bukan bom.
Para pembajak memaksa pilot untuk mengubah arah ke Australia. Pilot sudah menjelaskan bahwa bahan bakar pesawat dengan kode registrasi ET-AIZ tersebut tidak akan cukup untuk mencapai Australia, namun tidak diindahkan oleh pembajak.
Akibatnya fatal, pesawat tersebut benar-benar kehabisan bahan bakar. Sang pilot berusaha melakukan pendaratan darurat di Prince Said Ibrahim International Airport, Komoro. Namun, para pembajak yang mengetahui hal tersebut langsung mengamuk di dalam kokpit hingga menyebabkan pendaratan darurat gagal terlaksana.
Pesawat nahas itu akhirnya terjun bebas ke laut, sekitar 400 meter sebelum mencapai daratan Komoro. Sebanyak 125 orang, termasuk ketiga pembajak, tewas dalam insiden tersebut.
Demikianlah dua peristiwa pembajakan pesawat yang terjadi pada tanggal 23 November. Semoga tragedi memilukan seperti ini tidak terulang lagi di kemudian hari.