KRICOM - Persekutuan Gereja Gereja Jayapura (PGGJ) mengaku tak masalah mendapat tentangan dari sejumlah kelompok masyarakat soal edaran larangan pembangunan menara Masjid Al Aqsha
Ketua PGGJ Pendeta Robbie Depondoye menilai wajar apabila pihaknya dianggap intoleran. Sebab mereka tidak melihat langsung bagaimana kondisi di Papua sebenarnya.
"Wajar-wajar saja dalam kondisi saat ini. Tapi kalau mereka berada di Papua dalam kondisi saat ini terkhusus di Kabupaten Jayapura, mereka akan berpikiran sama seperti kami," kata dia kepada Kricom.id di Jakarta, Rabu (21/3/2018).
Robbi tak ingin pihak lain di luar Papua turut mengait-ngaitkan peristiwa ini. Pasalnya setiap daerah mempunyai permasalahan masing-masing.
"Saya bicara tentang bagaimana saya di Jayapura. Mari kita lihat kondisi kedaerahan masing-masing. Itu adalah kondisi yang unik," ujarnya.
Sementara itu, terkait dengan adanya tentangan dari Majelis Ulama Indonesia, Robbi juga tak mempermasalahkannya.
"Semua punya pandangan masing-masing. Nantu kami akan bentuk dialog lanjutan untuk membahas masalah ini," tutup Robbi.
Persekutuan Gereja-gereja Kabupaten Jayapura (PGGJ) mengedarkan surat yang berisi delapan tuntutan PGGJ. Salah satu poin yang ditekankan dalam tuntutan tersebut adalah penolakan terhadap pembangunan menara Masjid Al-Aqsa, Jayapura.
Sebelumnya, viral surat tuntutan Persekutuan Gereja-gereja Kabupaten Jayapura (PGGJ). Surat itu turut ditandatangani oleh 15 pendeta di Jayapura.