KRICOM - Pilkada Jawa Barat dinilai menjadi pertaruhan bagi Joko Widodo dan PDIP pada Pemilu 2019 mendatang. Jika sampai salah memilih calon yang diusung, bisa-bisa kubu penguasa itu akan babak belur menghadapi pesaingnya.
Pengamat Politik dari Universitas Padjadjaran, Yusa Djuyandi menilai, hal inilah yang menjadi alasan PDIP tampak ragu-ragu dalam memilih calonnya.
"Dampaknya adalah PDI Perjuangan yang biasanya cepat dalam mengusulkan nama calon, saat ini cenderung tidak tergesa-gesa. Bahkan untuk Jawa Barat cenderung banyak melakukan pendekatan politik kepada partai-partai Islam, seperti PKS," kata Yusa di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Hal ini bukan tanpa alasan. Sebab Jawa Barat adalah wilayah dengan populasi pemilih terbanyak di Indonesia dengan 12 juta suara.
Menurutnya, kondisi politik di Jawa Barat agaknya menjadi sebuah medan pertempuran sendiri bagi Jokowi.
"Seringnya Jokowi selama tahun 2017 mengunjungi beberapa daerah di Jawa Barat pada akhirnya ditujukan untuk dua tujuan, yaitu Pilkada Jabar 2018 dan Pilpres 2019," kata Yusa.
Meski kedatangan Jokowi adalah dalam kapasitasnya sebagai presiden, kata dia, bukan berarti di dalamnya tidak ada tujuan politik.
"Sebagai buktinya adalah hasil dari beberapa kali kunjungan Jokowi dengan strategi interaksi politik yang terlihat dinamis dengan masyarakat, membuat popularitas Jokowi naik di Jawa Barat, dari yang sebelumnya berdasar survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) berada di angka 40.2 persen (2014) naik menjadi 48.8 persen (2017)," ungkapnya.
Pilkada Jawa Barat diprediksi tak kalah serunya dengan Pilkada DKI 2017 lalu. Beberapa nama yang akan bertarung adalah Dedi Mulyadi, Deddy Mizwar, Ridwan Kamil, Mayjen (Purn) Sudrajat, hingga Irjen Anton Charliyan.