KRICOM - Isu soal adanya permintaan duit sebesar Rp 40 miliar terhadap La Nyalla Matalitti mengundang respon keras dari sejumlah kalangan. Salah satunya pengamat politik Boni Hargens yang menyebut hal itu berbahaya bagi demokrasi.
"Ini kan fantastis mintanya, sampai Rp 40 miliar dan menurut saya itu sesuatu yang enggak sehatlah. Bagaimana demokrasi dibangun dengan uang," kata Boni kepada Kricom di Jakarta, Sabtu (13/1/2018).
Boni melanjutkan, jika permintaan uang dari Partai Gerindra itu terbukti benar, justru sama saja mengajarkan generasi mendatang dengan budaya buruk dalam berpolitik.
"Itu kan mengajarkan budaya dan proses politik yang berbasis uang. Money politik kan lahir dari mentalitas seperti itu," kata Direktur Lembaga Pemilih Indonesia ini.
Ia berharap agar La Nyalla segera membuktikan ucapannya.
"La Nyalla butuh proses hukum untuk bisa membuktikan sehingga tuduhan tersebut bisa dibuktikan," papar pria asal NTT ini.
Namun, sebagai orang yang berkecimpung dalam konsultan politik, Boni mengaku tak kaget mendengar berita ini.
"Saya kira itu pengalaman saya sebagai konsultan juga bahwa hampir semua calon dimintai uang kok oleh partai-partai. Artinya bukan hanya Gerindra saja," tandasnya.
Sebelumnya dikabarkan, La Nyalla memutuskan untuk tidak lagi menjadi kader Partai Gerindra. La Nyalla mencurahkan kekesalannya kepada Ketua Umum Prabowo Subianto yang meminta uang sebesar Rp 40 miliar.
Mantan petinggi PSSI ini mendapatkan surat mandat dari Prabowo pada 11 Desember lalu. Surat mandat tersebut berlaku 10 hari dan berakhir pada 20 Desember.
Dalam surat nomor 12-0036/B/DPP-GERINDRA/Pilkada/2017 itu dijelaskan bahwa nama La Nyalla sebagai cagub Jatim sedang diproses DPP Partai Gerindra. Karena itu, selain diminta mencari mitra koalisi, La Nyalla juga diminta untuk menyiapkan kelengkapan pemenangan.
Salah satu kelengkapan pemenangan, ucap La Nyalla, ia sempat dimintai uang Rp 40 miliar oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Rencananya uang itu akan digunakan untuk membayar saksi dalam Pilkada Jatim.