KRICOM - Penyidik Polda Yogyakarta masih terus mengusut peristiwa penyerangan Gereja Santa Lidwina di Sleman, Yogyakarta. Sampai saat ini, pihak berwajib mengaku belum mengetahui jaringan tersangka penyerangan Romo Karl Edmund Prier, anggota polisi bernama Aiptu Munir dan seorang jemaat gereja.
Kepada wartawan, pihak Polda Yogyakarta mengaku masih melakukan pendalaman terhadap kasus ini.
"Kami belum sampai ke sana, belum dapat diungkap ke media," kata Kabid Humas Polda Yogyakarta, AKBP Yulianto, Kamis (15/2/2018).
Lebih lanjut Yulianto menuturkan, tersangka sempat mengenyam pendidikan SMP dan SMA di Morowali, Sulawesi Selatan. "Di Morowali mengikuti kakaknya di Sulawesi," jelasnya.
Namun dia mengatakan, pemeriksaan lanjutan tersangka telah diserahkan kepada penyidik Densus 88 Anti Teror Polri di Jakarta. "Ya, kasusnya ditangani Densus 88," tutupnya.
Sementara itu, Kepala Divisi Humas, Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, tersangka tercatat sempat mengikuti kegiatan keagamaan yang memiliki paham radikal.
"Yang bersangkutan itu ada perjalanannya. Dia itu SMP-nya di Banyuwangi, SMA di Morowali, kuliah di Palu, kemudian dia ikut kegiatan-kegiatan organisasi keagamaan yang mempunyai akidah yang berbeda pemahamannya," katanya.
Mantan Wakabaintelkam, Polri ini mengatakan, sebelum melakukan berangkat ke Yogyakarta tersangka sempat ikut pesantren di Magelang, Jawa Tengah.
"Transit di Yogyakarta, dia melihat-lihat internet di mana gereja yang dekat-dekat situ, di mana dia bisa beli senjata. Artinya dia datang ke Yogyakarta itu memang transit dan dia tidak mempunyai tempat tinggal khusus di Yogyakarta," tutupnya.
Sebelumnya Suliono menyerang Romo Karl Edmund Prier, seorang polisi bernama Aiptu Munir, dan beberapa jemaat di Gereja Santa Lidwina, Sleman, Yogyakarta, pada Minggu (11/2/2018) pagi.
Aksinya tersebut akhirnya dihentikan usai polisi menembak kakinya. Suliono tercatat sebagai warga Banyuwangi, Jawa Timur.