KRICOM - Sosok ulama Habib Rizieq Shihab di mata masyarakat Indonesia tampaknya belum tergantikan sebagai tokoh penggedor umat Islam Tanah Air. Hal itu terlihat dengan pecahnya kelompok 212 usai sang habib hijrah ke Timur Tengah.
Menurut Pengamat Politik Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara, kharisma Rizieq itu tak bisa lepas dari status habib yang merupakan keturunan seorang nabi.
"Dia dianggap punya kharisma dan konsistensi dalam aksi massa Islam dalam menegakkan amar ma'ruf nahi munkar. Bisa jadi gelar habib punya kekuatan atau daya tarik tersendiri sebagai zuriatnya (keturunan) Nabi Muhammad SAW yang saleh dan menjadi inspirasi. Tanpa dia, soliditas 212 terpecah," kata Igor kepada Kricom, Senin (26/2/2018).
Namun demikian, ia mengamini jika Habib Rizieq juga dinilai kontroversial oleh sebagian pihak. Menurutnya, bagi yang anti terhadap keberadaannya, Rizieq dipandang sebagai sosok garis keras yang intoleran.
Terlepas dari itu semua, ia melihat sejauh ini belum ada yang bisa menggeser sosok Habib Rizieq. Hal itu karena minat masyarakat terhadap kepulangan sang habib saat ini masih tinggi.
"Dari pengalaman sejarah kehidupan bernegara, jika ada masalah dan krisis kepemimpinan, biasanya memang lahir seorang pemimpin karismatik yang berani tampil beroposisi lalu menawarkan harapan dan jalan keluar, the right man on the right place," tutup Direktur Survei and Polling Indonesia (SPIN) ini.