KRICOM - Direktur Cyber Bareskrim Polri Brigjen Fadil Imran membeberkan cara perekrutan dan cara kerja The Family Muslim Cyber Army (MCA).
Menurut Fadil, MCA tidak sembarangan merekrut anggota. Para anggota harus menjalani serangkaian tes dan nantinya akan dibait.
Fadil menyebut, perekrutan berawal dengan calon anggota masuk ke dalam forum grup WhatsApp United MCA. Grup ini merupakan grup terbuka sehingga bisa diakses semua orang.
"Grup ini mempunyai 20 admin dan moderator. Grup ini sebagai wadah untuk menampung unggahan dari anggota MCA yang upload berita, video, gambar, untuk disebarluaskan," kata Fadil kepada wartawan, Rabu (28/2/2018).
Fadil menambahkan, United MCA ini merupakan salah satu tahapan yang harus dilalui anggota. Nantinya akan muncul member sejati dan mana member yang hanya ikut-ikutan.
"Tahapan kayak tes gitu," imbuhnya.
Fadil menuturkan, pelaksanaan tes agar bisa menjadi anggota tetap yakni bagaimana para anggota mampu memproduksi isu-isu berisi ujaran kebencian.
"Mereka dites, memproduksi (konten hoax), visi dan misi, keaktifan, dan kemampuan yang dimiliki anggota tersebut harus sesuai dengan kebutuhan The Family MCA," tuturnya.
Lebih lanjut Fadli mengatakan, setelah melalui tes. Maka anggota yang lolos seleksi akan dibait menjadi tim inti. Setelah lolos, anggota akan dimasukkan ke dalam grup yang lebih rahasia. Grup ini juga melakukan komunikasi secara rahasia.
Agar komunikasi tak terpantau, mereka menggunakan aplikasi Zello. Zello sendiri merupakan aplikasi walky talkie yang ada di ponsel pintar. Mereka juga berkomunikasi melalui grup tertutup pada aplikasi Telegram dan WhatsApp.
"Penggunaan aplikasi itu agar komunikasi mereka tidak terpantau," tegasnya.
Grup Underground
Fadil menuturkan, setelah dibait, maka para anggota akan dibagi ke beberapa grup. Salah satunya adalah grup Sniper Team.
Kelompok di Sniper Team ini anggota terbatas, hanya ada 177 orang. Selain itu, grup ini sangat tertutup. Sniper Team mengendalikan akun di Facebook. Team ini bertugas melaporkan akun yang dianggap sebagai lawan. Setelah dilaporkan, akun itu akan diblokir.
Parahnya, Sniper Team juga menyebarkan virus. Sehingga para 'musuh' tidak bisa mengoperasikan gadgetnya. Polisi sendiri menciduk pelaku bernama Ramdani Saputra. Dia merupakan anggota Team Sniper.
Selain Sniper Team, ada grup yang lebih mengerucut, yakni Cyber Muslim Defeat Hoax. Grup ini hanya punya 145 anggota. Grup ini mempunyai tugas penggalangan opini dengan membagikan berita hoax secara masif. Uniknya, kelompok ini berperang untuk mengatur isu yang akan diviralkan di media sosial.
Selanjutnya ada grup yang lebih tertutup. Bahkan membernya hanya terdiri dari sembilan orang. Grup ini adalah The Family MCA. Fadil menyebut jika anggota grup ini merupakan orang yang mempunyai pengaruh di grup lainnya.
"Mereka bertugas untuk mengatur dan merencanakan berita hoax agar dapat diviralkan," kata Fadil.
Lima dari sembilan anggota The Family MCA sudah diciduk polisi. Mereka adalah Ramdani, Muhammad Luth, Rizki Surya Dharma, Yuspiadin, dan Roni Sutrisno.
Kelima orang ini juga hanya bekerja dengan melemparkan konten ke grup WhatsApp yang sudah dibangun. Konten itu langsung diolah dan disebar melalui Facebook, Twitter, Instagram oleh United MCA. Beberapa konten nantinya akan ditekan agar bisa viral.
"Mereka yang setting, atur timeline," pungkasnya.