KRICOM - Partai Hanura terancam tidak lolos ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini diketahui berdasarkan hasil penelitian Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Partai yang dipimpin Oesman Sapta Odang ini hanya mengantongi elektabilitas sebesar 0,7 persen.
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Hanura, Dadang Rusdiana mengatakan, perpecahan di partainya harus diakhiri, pasalnya elektabilitas Hanura sangat jauh dari ambang batas lolos DPR yang sebesar 4 persen.
"Tentunya rekonsiliasi menjadi modal dasar, kami bangkit melewati ambang batas 4 persen," kata Dadang dalam pesan singkatnya, Kamis (25/1/2018).
Dadang menambahkan, rekonsiliasi merupakan jawaban untuk membawa partai lolos ambang batas DPR. Namun rekonsiliasi itu harus didasari semangat kesolidan partai.
"Namun, tentunya rekonsiliasi itu harus didasarkan pada win-win solution antar kedua belah pihak. Pemecatan melalui Musyawarah Daerah Luar Biasa (musdalub) dan muscablub harus dihentikan. Kalau tidak, Hanura akan keropos, karena yang dipecat tentu memiliki jaringan dan massa ril. Oleh karena itu semua pihak harus bisa menahan diri," paparnya.
Sebagai catatan, Hanura sempat didera konflik internal. Mereka terpecah jadi dua kubu, yakni pihak Oesman Sapta Odang alias Oso dan Syarifudin Sudding.
"Saya optimis kalau rekonsiliasi dilakukan dengan serius, kedua belah berada pada posisi setara, tidak ada yang merasa menang, dan tidak ada pihak yang dikalahkan, maka Hanura bisa bangkit," pungkasnya.
Sekadar informasi, LSI Denny JA memprediksi ada lima partai politik yang terancam tak lolos dari ambang batas parlemen atau parliamentary treshold sebesar 4 persen. Kelima partai tersebut adalah PPP, Nasdem, PAN, PKS, dan Hanura.
Survei ini dilakukan pada 7-14 Januari 2018 dengan melibatkan 1.200 responden yang dipilih berdasarkan multi stage random sampling. Wawancara tatap muka dilakukan serentak di 34 provinsi. Survei dilengkapi dengan riset kualitatif seperti FGD, Media Analisis, dan depth interview narasumber. Margin of error sekitar 2,9%.