KRICOM - Nama Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto (Setnov) tidak pernah absen menghiasi pemberitaan media massa.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah memiliki pandangan menarik dari hal tersebut. Dengan kerutinan menghiasi kabar, bukan tidak mungkin Setnov jadi kandidat kuat calon presiden 2019.
"Apa yang masih hangat? Novanto ini masih di bahas-bahas terus, masih seksi. Saya khawatir Pak Novanto populer ini justru jadi presiden," ujar Fahri di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (22/11/2017).
Dia tidak memungkiri jika popularitas menjadi satu penunjang seseorang bisa menjadi presiden. Dengan pemberitaan yang masif, tentu Setnov memiliki hal tersebut.
Hanya yang dibutuhkan, kata dia, soal elektabilitas Setnov. Perlu ada kajian untuk mengatrol elektabilitas Setnov di mata publik.
"Emang orang itu harus dikenal dahulu baru elektabilitasnya tinggi," imbuhnya.
Nama Setnov tidak kunjung berhenti dibahas. Tidak sedikit publik yang menaruh perhatian dari kasus hukum yang menjerat Setnov.
Terlebih dalam beberapa kesempatan, muncul kehebohan dari kasus hukum yang menyeret Setnov. Nama Ketua Umum Golkar ini sempat mencuat ketika menghilang dari radar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ketika hendak dijemput paksa terkait kasus dugaan korupsi E-KTP.
Selang 20 jam pasca 'digerebek', Setnov ditemukan di RS karena mengalami kecelakaan lalu lintas. Dari kecelakaan ini, nama Setnov acapkali ramai diperbincangkan.
Tidak hanya pada kasus dugaan korupsi E-KTP, nama Setnov acapkali disebut dalam kasus 'Papa Minta Saham'. Dalam kasus 'Papa Minta Saham' dia diduga mencatut nama Presiden Joko Widodo untuk meminta 20 persen saham PT Freeport Indonesia. Meski belakangan, dugaan keterlibatan Setnov dari kasus itu tidak terbukti.