KRICOM - Peristiwa penyerangan terhadap umat Katolik di Gereja Santa Lidwina, Sleman dinilai kental aroma politis. Pelaku diduga bertujuan untuk mencitrakan bahwa Presiden Joko Widodo lemah dalam menjaga toleransi di Indonesia.
Pengamat Politik dan Hukum Petrus Salestinus menilai, aksi pelaku dan kelompoknya, cepat atau lambat akan menurunkan kepercayaan publik terhadap kepemimpinan Presiden Jokowi.
"Aksi teror ini adalah perbuatan terkutuk yang tidak boleh ditolerir, karena perilaku ini bukanlah jati diri anak bangsa Indonesia yang toleran dan hidup saling berdampingan secara damai secara turun temurun," kata Petrus kepada Kricom di Jakarta, Senin (12/2/2018).
Koordinator Tim Pembela Demokrasi inu menilai, aksi yang dilakukan oleh Suliyono ini bukan sekadar kejahatan penganiayaan biasa, akan tetapi ini sudah termasuk kategori kejahatan HAM terhadap kebebasan dan kenyamanan terhadap umat beragama dalam menjalankan ibadah.
"Aksi ini diduga target jangka panjang yang dimaksudkan untuk memancing kemarahan umat Katolik dan umat beragama lainnya di belahan wilayah lainnya untuk melakukan tindakan balas dendam sehingga menimbulkan kekacauan di wilayah lain di luar Yogya," ungkap Petrus
Namun, ia mengapresiasi langkah aparat Kepolisian Yogya yang dengan cepat melumpuhkan pelaku, karena jika tidak maka pola teror seperti ini akan berkembang terus menjelang Pilkada serentak 2018.
"Pola kekerasan dan teror terhadap pimpinan umat beragama dengan menggunakan sentimen agama, ini diduga keras merupakan sebuah 'grand design' kekuatan kecil yang masih ingin menggangu stabilitas keamanan menjelang Pilkada 2018 dan Pilpres 2019," ucapnya.
"Terutama hendak memberi kesan dan citra buruk bahwa pemerintahan Presiden Jokowi tidak mampu mengatasi keadaan, tidak mampu memberikan kenyamanan bagi warga negaranya," tambah Petrus mengakhiri.