KRICOM - Dedi Ardiana, menjadi satu di antara pendiri komunitas club olahraga airsoft gun bernama North Commando (Nocom). Komunitas ini awalnya dibentuk pada tahun 2004, dengan niatan awal memberantas peredaran narkoba di kawasan tempat tinggalnya, kawasan Sunter, Jakarta Utara.
Dia bercerita, ketika itu kawasan tempat tinggalnya rawan akan peredaran ganja. Para pengedar yang ikut berkumpul bersama para pemuda, kemudian menawarkan ganja.
Tidak habis akal, Dedi lantas mengajak pemuda untuk main dalam arena simulasi peperangan. Dia percaya, para pemuda akan menjauhi ganja jika memiliki kesibukan.
"Para pengedar ini kan nongkrong bareng sama anak-anak di warung deket rumah. Biasanya pas malam mereka nongkrong. Nah di situ mereka nawarin ganja," kisahnya ditemui di kawasan Ancol, Jakarta Utara, Minggu (22/10/2017).
Dari situ, Dedi mengajak para anak muda untuk bermain simulasi peperangan pada pagi hari. Otomatis dengan adanya aktivitas pagi hari, maka aktivitas pada malam hari para pemuda tersebut akan berkurang.
"Karena kan kalau simulasi perang itu perlu stamina yang kuat. Jadi mereka enggak mungkin nongkrong sampai larut," ujar dia.
Selain itu, dengan simulasi perang bisa membuat para pengedar ganja sungkan dengan para remaja. Mengingat para remaja dibekali senjata, yang notebene merupakan senjata mainan.
"Saya kan kasih senjata ke mereka. Jadi saya jual senjata saya. Lalu beli lima mainan lima buah, semuanya saya kasih ke para remaja," ucapnya.
Ternyata usaha berbanding lurus dengan hasil. Pada malam hari para bandar tidak menemui para remaja di lokasi nongkrong. Apalagi para remaja dibekali senjata yang diduga pengedar tampak seperti aparat kepolisian.
"Jadi mereka perlahan menjauh. Rada sungkan jadinya," ungkap dia.
Dia menuturkan, arena simulasi peperangan biasanya menggunakan beberapa tempat. Satu di antaranya seperti taman di Tebet, Jakarta Selatan.
Dari serangkaian simulasi yang telah dilakukan, kemudian kelompok ini mencoba mencari nama untuk membentuk sebuah komunitas. Awalnya sempat terbesit memakai nama 'Macan Kemayoran'.
"Awalnya sempat mau pakai nama 'Macan Kemayoran'. Karena identik banget sama Jakarta. Tapi enggak jadi. Karena nama 'Macan Kemayoran' sudah dipakai sama klub bola Persija kan," jelasnya.
Kemudian kelompok ini mencari nama yang pas. Dengan latar belakang tinggal di Jakarta Utara, dipilih nama 'North' sebagai nama awal komunitas.
"Karena kan awalnya aktif di Jakarta Utara. Kalau bahasa Inggris kan 'North'. Kemudian nama 'Commando' dipakai pada nama akhir komunitas ini karena satu pembinanya memiliki latar belakang militer," imbuhnya.
"Pas awal banget kan ada dari TNI juga yang melihat mereka. Nah setiap simulasi perang-perangan mereka selalu teriak 'Salam Komando'. Jadi dipakai itu 'Commando'," pungkasnya.
Dari awal komunitas terbentuk pada 2004, anggota hanya berjumlah sembilan orang. Namun, kini komunitas telah berkembang pesat sehingga pada tahun 2017 anggota yang tercatat dalam Nocom mencapai ratusan orang.