KRICOM - Kebijakan penutupan jalan di depan Stasiun Tanah Abang untuk penataan Pedagang Kaki Lima terus menuai polemik. Bahkan, kebijakan yang digagas Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan ini dianggap sebagai program yang 'kampungan'.
Hal ini ditegaskan oleh pengamat politik Arbi Sanit ketika dihubungi Kricom di Jakarta, Senin (25/12/2017).
"Ini gubernur paling kacau selama ini. Artinya, kebijakan tersebut tak didasarkan pada konsep kota metropolitan, tapi berdasarkan konsep desa. Kebijakan Anies di Tanah Abang sudah pasti bukan konsep kota," kata Arbi.
Menurut Arbi, kalau ingin menata para pedagang di kota sebesar Jakarta harusnya mereka ditempatkan di sebuah gedung besar yang bisa diakses oleh sejumlah masyarakat.
"Kalau konsep kota tidak melebar di permukaan tanah, tempat orang usaha harus masuk ke gedung bertingkat. Nah, ini dia malah menutup jalan, padahal jalan masih terbatas," ujarnya.
Pengamat dari Universitas Indonesia ini menyebut kebijakan yang diambil Anies itu sebagai sebuah kemunduran.
"Ini jelas kemunduran karena kebijakannya sama sekali tak punya visi. Dia hanya utak-atik, dalam rangka balas dendam dan memusuhi gubernur lama. Dia malah menimbulkan kekacauan. Bukannya menyelesaikan masalah, tapi justru menambah masalah," pungkasnya.