KRICOM - Teka-teki soal pengusungan Djarot Saiful Hidayat di Pilkada Sumatera Utara hingga kini masih misterius. Beberapa kalangan mempertanyakan alasan PDIP ngotot mengusung mantan Cagub DKI yang pernah kalah itu.
Pengamat Politik Maksimus Ramses, termasuk salah satu yang heran dengan keputusan Megawati Soekarnoputri tersebut.
"Sepertinya PDIP ini memaksakan Djarot untuk harus maju di Pilgub Sumut," kata Ramses kepada Kricom di Jakarta, Senin (15/1/2018).
Pengamat dari Universitas Mercu Buana ini menilai, Djarot yang notabene berasal dari tanah Jawa ini harus bekerja ekstra untuk bisa menang di Sumatera Utara.
"Karena sebagian besar masyarakat (terutama Sumatera Utara) gunakan politik primordial, beda dengan DKI," papar dia.
Apalagi, jam terbang Djarot selama ini hanya sebatas di tanah Jawa saja, belum menyentuh ke akar politik nasional.
"Pak Djarot kan dari Blitar dan dia dikirim karena tugas partai untuk Sumut, padahal dia tak pernah berurusan di Sumut," ucapnya.
Kendati demikian, Ramses menduga, Megawati sudah punya perhitungan sendiri dalam mencalonkan Djarot.
"Enggak ada salahnya juga, mungkin Mega dan PDIP berpikir masyarakat kita ini masyarakat masa lalu, tanpa membedakan sikap politiknya," pungkasnya.
Pasangan Djarot-Sihar Sitorus dinyatakan memenuhi syarat setelah keduanya mendapatkan 20 kursi dari partai pengusung mereka, yaitu PDIP dan PPP.
Berkas-berkas pencalonan Djarot-Sihar yang diterima KPUD Sumut seperti BKWK, B1KWK, B2KWK, B3KWK, B4KWK.
Berkas-berkas tersebut syarat mutlak pencalonan Djarot-Sihar yang diusung oleh dua partai politik, PDIP (16) dan PPP (4).