KRICOM - Survey SMRC menyebut masyarakat pedesaan ternyata lebih terbuka menerima kehadiran kaum Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT) dalam kehidupan mereka.
Tercatatm ada 62,3 persen masyarakat pedesaaan yang menilai kaum LGBT punya hak untuk hidup. Sementara yang tak mau menerima kehadiran mereka hanya 37,2 persen.
Angka ini berbanding terbalik dengan orang kota. Pasalnya hanya 54,6 persen masyarakat perkotaan yang menerima kehadiran LGBT. Sisanya, sebanyak 43,6 menilai LGBT tak memiliki hak hidup.
"Masyarakat desa itu kan menerima. Beda sama masyarakat perkotaan yang cenderung ekslusif," kata Direktur Media SMRC Ade Armando di kantornya, Jalan Cisadane, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (24/1/2018).
Ade melanjutkan, LGBT juga banyak menyebar di internet. Sementara, masyarakat pedesaan tak memiliki akses itu.
"Kalau masyarakat kota kan punya akses menuju internet. Sehingga mereka mudah dipengaruhi soal dampak buruknya soal LGBT itu," papar dia.
Lembaga Riset Saiful Mujani Riset and Consulting (SMRC) membeberkan hasil survei rilisnya soal sudut pandang masyarakat Indonesia terkait keberadaan kaum LGBT. Survei ini digelar menindaklanjuti panasnya fenomena penyimpangan seksual ini.
Direktur Media SMRC Ade Armando mengatakan, survei yang melibatkan seluruh warga Indonesia ini memilih sampel secara Multistatge Random Sampling.