TERIAKAN ketakutan dan kesakitan gadis muda itu tak menyurutkan keberingasan massa. Sumpah serapah dan intimidasi terus dihamburkan meski bibir gadis itu sudah berungkali mohon ampun. Mereka -orang-orang itu- sudah telanjur dirasuki roh kebengisan.
Atas nama kemanusiaan, kami sedih. Rasa ngilu langsung menyeruak ketika melihat tayangan rekaman video yang menelikung akal sehat dan viral di jagat medsos. Sampai hati orang-orang itu melakukan tindakan keji itu.
Kejadian memilukan sekaligus menyedihkan menimpa pasangan muda-mudi di Cikupa, Tangerang. Bagaimana tidak, gara-gara dituduh berbuat mesum di sebuah kontrakan, keduanya diperlakukan tak manusiawi.
Mereka diintimidasi, dianiaya, dan ditelanjangi, kemudian diarak ke rumah salah seorang pengurus lingkungan. Mirisnya lagi, peristiwa itu sempat direkam dan disebarkan di media sosial.
Sepertinya tak perlu ditanyakan lagi bagaimana malunya kedua orang yang mengalami tindakan main hakim sendiri yang dilakukan sejumlah warga itu. Padahal, keduanya sama sekali tidak melakukan perzinahan seperti yang dituduhkan. Pastilah keduanya mengalami trauma berat dan terguncang jiwanya karena sudah dipermalukan di muka umum.
Bahkan yang membuat kita semua patut mengelus dada, menurut keterangan polisi, salah satu yang ikut memprovokasi massa untuk menganiaya dan melucuti pakaian korban adalah pengurus RT yang seharusnya menenangkan dan mengendalikan massa yang kadung tersulut emosi.
Rasa keadilan atau kemanusiaan tak digubris lagi demi memuaskan amarah dengan menanggalkan norma kesusilaan. Apa yang sebenarnya terjadi dengan masyarakat kita, saudara?
Tentu kita senang masyarakat makin peduli pada kejadian di lingkungan sekitarnya. Namun sekali lagi, akan lebih baik jika kepedulian itu juga dibarengi dengan kecerdasan untuk bertindak sesuai dengan koridor hukum, bukan malah mengangkangi asas praduga tak bersalah.
Satu hal yang perlu kita renungi bersama atas kejadian ini adalah begitu mudahnya warga terpicu kemarahannya. Mereka seperti leluasa dan terbiasa bertindak beringas tanpa kendali. Yang pasti, 'tak akan ada asap jika tak ada api'. Mungkin saja tata nilai dan norma kehidupan bermasyarakat sudah mulai tergerus dan luntur oleh sikap arogan karena merasa paling benar.
Dari mana mereka belajar arogan? Saya yakin, kalau jawabannya Anda tuliskan, CPU komputer Anda akan berasap saking banyaknya.