KRICOM - Lemahnya presentase elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) di beberapa lembaga survei menjadi alarm bagi partai pengusungnya. Hal ini diungkapkan oleh Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesi(LIPI) Siti Zuhro.
Menurutnya, elektabilitas Jokowi yang tidak sampai 50 persen itu bisa menjadi peringatan munculnya calon-calon Presiden baru.
"Tapi memang, untuk petahana sekelas Jokowi, angka segitu kurang bagus. Mestinya beliau di 80 persen. Artinya ini alarm (peringatan). Alarm ini memberi peluang bagi calon lain untuk muncul," ujar Siti kepada wartawan disela-sela diskusi publik dengan tema 'Tiga tahun Jokowi-JK dan calon penantang Jokowi di Pilpres 2019' di Restoran Batik Kuring kawasan SCBD, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (22/10/2017).
Siti menambahkan, jika berkaca dari Pilpres 2014, Jokowi memang mempunyai reputasi yang gemilang. Tapi, itu akan berbeda di Pilpres 2019
"Jokowi luar biasa di 2014 apakah akan luar biasa lagi di 2019? (Belum dipastikan) karena political context yang sudah berbeda. Perkembangan politik sudah banyak warna," imbuhnya.
Siti juga menyoroti kepuasan masyarakat yang tinggi namun berimbas pada menurunnya elektabilitas Jokowi.
"Apa yang salah? Apakah perspektif masyarakat yang salah? Atau masyarakat memang sudah genuine menyatakan yang mereka rasakan," tuturnya.
Siti mengingatkan jika Pilpres 2019 mendatang tidak hanya diramaikan oleh dua nama yakni Jokowi dan Prabowo Subianto. Bakal ada nama baru yang bermunculan.
"Indonesia tidak akan kehabisan calon, tidak hanya Prabowo dan Jokowi. Maka parpol- parpol harus berpikir ulang untuk berkoalisi pragmatis dan transaksional karena pilihan itu pada akhirnya sangat personal," tutup wanita berhijab ini.