KRICOM - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyambangi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DKI Jakarta dalam rangka pembahasan diskusi ilmiah dengan tajuk "Gempa Bumi 8,7 megathrust siapkah Jakarta?" pada Rabu (28/2/2018).
Sandiaga menilai, diskus ilmiah tersebut amat penting bagi Jakarta mengingat saat ini Jakarta belum siap menghadapi gempa berskala besar. Mengingat pada gempa terakhir yang terjadi di Jakarta pada 26 Januari 2018 sebesar 6,1 SR meninggalkan kerusakan yang cukup banyak bahkan kepanikan.
"Saya rasa belajar dari sejarah, gempa itu telah terjadi beberapa kali di Jakarta. Bahkan 26 Januari lalu. Saya lagi ketemu bersama para anchor televisi tiba-tiba melihat lampu gantung di balai kota itu bergoyang. Rupanya di saat seperti itu saja, kita belum siap," ujarnya dalam diskusi tersebut.
Ia memaparkan bahwa harus ada persiapan dan pencegahan apalagi Jakarta sedang dalam kondisi membangun banyak infrakstruktur seperti LRT, MRT, jalan layang tol, jalan layang non tol, dan lain sebagainya.
Sandiaga juga meminta agar diadakan edukasi dan simulasi bagi pelajar khususnya pelajar sekolah dasar dan menengah untuk menghadapi gempa. Hal ini ia ungkapkan dipelajari dari negara Jepang yang dikunjunginya beberapa hari lalu.
"Kemarin di Jepang, saya datang ke disaster prevention park tempat disimulasikan gempa itu seperti apa, bagaimana antisipasinya. Mereka menanamkan budaya dan mindset bahwa kota ini rentan terhadap bencana. Alhamdulillah DKI punya banyak lahan. Mungkin dengan BMKG bekerja sama membuat semacam park," sambung Sandi.
Ia menambahkan untuk program jangka pendek untuk meningkatkan kewaspadaan gempa adalah akan dilakukannya earthquake drill (siaga gempa).
"Yang bisa kita lakukan dengan BPBD, harus lakukan earthquake drill. Jangan sampai terjadi 8,7 (skala richter) tapi kita belum di-drill. Saya mendukung nanti dilakukan Pemprov DKI saja. Kalau swastanya mau ikut, Alhamdulillah. Nanti kita juga bisa rangkul murid-murid sekolah," pungkasnya.