KRICOM - Kapolri Jenderal Muhammad Tito Karnavian menjelaskan cukup sulit untuk menangkal pengiriman sabu yang masuk ke Indonesia. Pasalnya, sabu itu diproduksi di 'tanah tak bertuan' yan terletak perbatasan Myanmar dan Cina daratan.
"Sabu-sabu ini merupakan produksi atau buatan dari pabrik yang berada di perbatasan Myanmar dan Cina daratan. Karena tanah tak bertuan, jadi tidak ada yang melarang. Hasil produksinya pun dengan mudah disalurkan ke seluruh dunia," kata Jenderal Tito di Pelabuhan Sekupang, Kepri, Jumat (23/2/2018).
Jenderal Tito menjelaskan, untuk mengirim sabu ke Indonesia, para bandar memanfaatkan sejumlah jalur laut.
"Jalur Laut Cina Selatan, biasanya berakhir di kawasan Indonesia Timur atau masuk ke perairan Pulau Jawa. Sedangkan Selat Malaka, jalur ini kerap memutar dan melintasi Samudera Hindia hingga menuju ke perairan Australia dan bisa juga berakhir di wiliayah timur Indonesia," terang Jenderal Tito.
Kendati demikian, masih banyak jalur laut yang disinyalir ada lalu lintas pengiriman narkoba ke Indonesia. "Hanya saja kami enggan mengutarakan semua jalur yang digunakan, takutnya para mafia narkoba ini menggunakan jalur lain lagi," tegasnya.
Diketahui sebelumnya, Satgasus Polri dan Bea Cukai berhasil menangkap kapal yang mengangkut sabu di perairan Anambas, Kepri.
Penangkapan kapal itu terjadi pada Selasa (20/2/2018). Ada empat orang tersangka yang diamankan dalam penangkapan ini. Mereka berinisial TM (69), TY (33), LYH (63) dan TH (43) yang bertindak sebagai nahkoda. Semuanya merupakan warga negara Taiwan.
Penangkapan ini menjadi yang kedua kali dengan total tangkapan lebih dari 1 ton di perairan tersebut. Perairan Anambas, Kepri merupakan salah satu rute yang harus dilalui apabila ingin menuju Batam. Diketahui peredaran narkoba dari luar negeri banyak yang masuk melalui perairan ini.