KRICOM - Pengamat Politik Boni Hargens menilai kasus hukum yang menjerat Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab ibarat buah simalakama.
"RS (Rizieq Shihab) sudah menjadi simalakama. Kalau dia kembali ke Tanah Air, maka guncangan besar akan terjadi. Terlebih jika strategi para pemburu rente dijalankan," kata Boni, Rabu (21/2/2018).
Menurutnya, strategi pemburu rente yang dimaksud yakni permintaan untuk pemerintah berdamai dengan Habib Rizieq dengan alasan menciptakan stabilitas di tahun politik seperti saat ini. Namun pada dasarnya, kata Boni, hal itu justru bisa menjebak pemerintah ke dalam pusaran politik radikal.
Kepulangan Habib Rizieq ke Tanah Air juga dinilai rentan menjadi arena bagi pihak-pihak yang melawan pemerintah. Mereka, kata Boni, akan memainkan politik identitas dengan melihat perdamaian pemerintah dengan Habib Rizieq sebagai preseden untuk menjadi pahlawan.
"Mitos heroisme di kalangan kelompok radikal akan terus menguat meskipun secara politik, barangkali benar bahwa ada stabilitas yang terbangun. Tapi itu stabilitas sementara," jelasnya.
Pilihan lain yakni membiarkan Habib Rizieq tetap berada di luar negeri. Dilihat dari aspek politik dan hukum, jelasnya, keberadaan Habib Rizieq di luar negeri bisa meredam ancaman-ancaman tersebut. Selain itu, peluang meluasnya pengaruh kelompok Habib Rizieq dalam politik Pilkada dan Pilpres 2019 juga bisa dicegah.
"Namun ini tentu berdampak pada integritas polri. Penyelesaian kasus hukum akan mengambang. Selain itu, narasi terhadap stigma kriminalisasi ulama, penzoliman terhadap ulama, dan anti-Islam akan makin subur," tandasnya.