KRICOM - Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dinilai sebagai pihak yang menjadi kambing hitam dalam polemik kepulangan Habib Rizieq Shihab. Pasalnya, tugas berat akan menghampiri mereka apabila sang Imam Besar Front Pembela Islam benar-benar pulang ke Indonesia.
Pengamat politik Boni Hargens mengatakan, jika Rizeq disambut dengan 'meriah', maka akan banyak kaum radikal yang melakukan perlawanan. Namun kalau tak disambut juga akan menciptakan ketidakstabilan politik jelang Pilkada Serentak 2018 dan Pilpres tahun 2019 mendatang.
"Makanya saya bilang ini yang tak mudah. Polisi yang di satu sisi harus konsisten menegakkan hukum, tapi di sisi lain ada dimensi politik yang tak bisa dicampur oleh Polisi," kata Boni kepada Kricom di Jakarta, Senin (19/2/2018).
Boni menuturkan, kepulangan Habib Rizieq juga akan membawa implikasi politik yang unik.
"Seperti apa relasi Rizieq dengan Jokowi setelah ini, akan menjadi pertanyaan. Namun dalam konteks hukum ini harus diselesaikan karena pertaruhannya adalah integritas Polri. Mereka sudah bekerja keras tapi dipinggirkan oleh politik," papar dia.
Akhirnya, perdebatan soal penyambutan Habib Rizieq pada akhirnya akan menimbulkan sebuah kondisi yang serba salah, seperti layaknya peribahasa 'bagai makan buah simalakama'.
"Tak disambut menjadi tak stabil, kalau disambut makin menjadi pahlawan dan menstimulasi banyak orang menjadi seperti dia," kata Direktur Lembaga Pemilih Indonesia ini.