KRICOM - Dunia mengakui Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Salah satu buktinya, di bumi nusantara ini, terdapat berbagai macam spesies fauna asli Indonesia.
Namun sayang, di antara hewan-hewan tersebut, banyak yang sedang di ambang kepunahan. Perburuan tak terkendali, maupun rusaknya habitat asli satwa liar akibat pembalakan liar dan peralihan fungsi hutan disinyalir menjadi penyebab semakin menyusutnya populasi hewan-hewan endemis ini.
Bahkan baru-baru ini, salah satu dari fauna langka, yakni kura-kura leher ular tidak lagi ditemukan keberadaannya. Dilansir dari laman Kompas, reptil asli Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini dinyatakan punah oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi NTT pada akhir Januari 2018 lalu.
Jika pemerintah dan masyarakat tidak melakukan sesuatu yang serius dalam menyikapi hal ini, bukan tidak mungkin jenis-jenis satwa langka lain akan bernasib sama seperti kura-kura leher ular.
Ngomong-ngomong, hewan apa aja sih yang saat ini terancam punah di Indonesia? Ternyata ada banyak loh. Kali ini, tim Kricom akan mengulas beberapa di antaranya.
1. Elang Flores
Foto: www.aktual.com
Elang Flores merupakan salah satu burung pemangsa asli Indonesia. Burung ini memiliki ciri khas warna putih di dada, kaki, dan kepala, dengan corak garis kecokelatan pada mahkotanya. Sementara bagian tubuh lainnya didominasi warna cokelat kehitaman.
Sebagai hewan endemis, Elang Flores hanya dapat ditemukan di habitat aslinya, yaitu di Pulau Flores, Sumbawa, Lombok, Satonda, Paloe, Komodo, dan Rinca.
Para kolektor hewan langka berani membayar mahal demi memiliki burung bernama latin Nisaetus floris ini. Hal tersebut pun memicu terjadinya perburuan besar-besaran oleh pihak-pihak yang tak bertanggungjawab demi mencari keuntungan semata.
Keadaan ini diperparah dengan sikap penduduk setempat yang menganggap elang flores sebagai hama. Ini lantaran hewan tersebut kerap memangsa ternak ayam milik warga.
Populasi Elang Flores kini berada pada level kritis. Pada tahun 2005 saja, tercatat tidak lebih dari 250 ekor berukuran dewasa yang masih berkeliaran di alam bebas.
2. Burung Bidadari
Foto: jadiberita.com
Pernah lihat Burung Bidadari? Jika diamati bentuk fisiknya, burung yang satu ini luar biasa cantiknya loh.
Burung Bidadari jantan mempunyai mahkota warna ungu dan ungu-pucat mengkilat serta warna hijau zamrud pada dadanya. Sementara betina berukuran lebih kecil dengan warna cokelat zaitun serta punya ekor lebih panjang dibandingkan burung jantan. Cirinya yang paling mencolok adalah dua pasang bulu putih yang panjang yang keluar menekuk dari sayapnya.
Enggak cuma cantik, Burung Bidadari juga dikenal memiliki tingkah yang unik. Ketika musim kawin, burung jantan akan menari sambil membentangkan sayapnya demi memikat burung betina. Duh, genit ya.
Keberadaan Burung Bidadari pertama kali ditemukan oleh seorang peneliti asal Inggris bernama Alfred Russel Wallace di Pulau Bacan, Maluku Utara, pada tahun 1858. Saking terpesonanya, Wallace sampai memberi julukan bird of paradise pada burung ini.
Sayangnya, populasi burung yang masih kerabat Cendrawasih ini semakin sedikit. Konon, hanya tersisa 50-100 ekor Burung Bidadari yang tersebar di habitatnya di Maluku.
Perburuan liar dan penebangan hutan secara membabi buta menyebabkan populasi spesies ini terus berkurang. Masalah klasik, tapi serius nih guys.
3. Harimau Sumatera
Foto: www.gosumatra.com
Dulu, hutan Indonesia merupakan rumah yang nyaman bagi harimau. Ketika itu, negeri ini punya tiga subspesies harimau, yakni Harimau Sumatera, Harimau Jawa dan Harimau Bali.
Harimau Bali punah lebih dulu. Perburuan semena-mena yang dilakukan kaum penjajah melenyapkan predator ini dari muka bumi untuk selama-lamanya. Hewan endemis Bali ini dinyatakan punah pada tahun 1937, di mana beberapa tahun sebelumnya, Harimau Bali yang terakhir meregang nyawa diterjang peluru pemburu.
Puluhan tahun kemudian, giliran Harimau Jawa yang dinyatakan punah. Meskipun beberapa waktu lalu penampakan hewan diduga Harimau Jawa tertangkap kamera, namun hal ini masih diragukan kebenarannya.
Kini, tinggal tersisa Harimau Sumatera di bumi nusantara. Keberadaannya pun sangat memprihatinkan. Berdasarkan data tahun 2004, hanya ada sekitar 400 ekor yang tersebar di taman-taman nasional di Sumatera. Jumlah tersebut diyakini terus menurun dari tahun ke tahun.
Dilansir dari laman Kompas, merosotnya jumlah hewan dilindungi tersebut karena habitat Harimau Sumatera terdesak industri kelapa sawit yang menjamur di Pulau Sumatera. Duh, membangun industri boleh-boleh saja, tapi pikirkan juga dampaknya pada alam sekitar dong.
4. Badak Jawa
Foto: jayakartanews.com
Dulu, badak cula satu atau yang kita kenal dengan Badak Jawa pernah tersebar luas populasinya di hutan Thailand, Kamboja, Vietnam, bahkan hingga ke bagian Selatan Cina.
Namun, akibat perburuan cula badak yang diyakini berkhasiat sebagai obat, serta semakin berkurangnya habitat badak di alam liar, keberadaan Badak Jawa di negara-negara tersebut akhirnya menghilang.
Kini, Taman Nasional Ujung Kulon, Banten menjadi satu-satunya tempat aman bagi hewan tersebut. Hal tersebut membuat UNESCO menjadikan Ujung Kulon sebagai situs warisan dunia pada tahun 1991.
Populasi Badak Jawa saat ini tidak diketahui secara pasti. Namun, berdasarkan penelitian, diperkirakan tak lebih dari 60 ekor yang masih mendiami Ujung Kulon. Duh, sedikit banget ya.
Tapi, ada kabar baik loh. Pada tahun 2016 lalu, petugas Balai Taman Nasional Ujung Kulon menemukan empat ekor anak badak yang baru lahir. Wah, semoga keberadaan Badak Jawa tetap lestari ya.
5. Macan Tutul Jawa
Foto: www.tribunnews.com
Macan Tutul Jawa atau Macan Kumbang adalah salah satu subspesies dari Macan Tutul yang hanya ditemukan di Pulau Jawa. Dibandingkan dengan macan tutul lainnya, jenis ini berukuran paling kecil.
Untuk habitatnya, terakhir berada di taman-taman nasional yang terbentang di Pulau jawa. Keberlangsungan hidupnya pun kini bikin miris. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat, selama tahun 2001-2004, populasi Macan Tutul Jawa di sana tidak lebih dari 60 ekor.
Dulu, ketika Pulau Jawa masih diselimuti hutan lebat, hewan ini sempat dianggap sebagai simbol kemakmuran. Keberadaannya disyukuri dan dihormati warga lantaran dianggap membantu mengontrol populasi babi hutan yang kerap merusak lahan pertanian.
Namun seiring berjalannya waktu, habitat hewan bernama latin Panthera pardus melas ini semakin tergerus lantaran maraknya pembukaan hutan untuk lahan pertanian, permukiman, dan kepentingan lainnya.
Akibatnya, predator ini semakin kehilangan mangsa dan tempat tinggal. Tak jarang, Macan Tutul Jawa memasuki pedesaan dan memakan hewan ternak milik warga. Konflik antara manusia dengan hewan mamalia ini pun tak terhindarkan. Warga khawatir, macan ini juga akan memangsa mereka di kemudian hari.
Kasihan ya. Dulu penguasa hutan, sekarang semakin terpinggirkan. Kalau dibiarkan begini terus, bisa beneran punah nih.
6. Kancil
Foto: www.satujam.com
"Si Kancil anak nakal, suka mencuri ketimun. Ayo lekas dikurung, jangan diberi ampun." Masih ingat dengan lirik lagu barusan? Lagu anak-anak tersebut memang sempat populer pada masanya.
Tapi, tahukah kamu Kancil itu binatang apa? Pernahkah kamu melihat seperti apa wujud Kancil yang sebenarnya?
Kancil atau Pelanduk Jawa adalah hewan sejenis Rusa yang berukuran sangat kecil. Saat mencapai usia dewasa, panjang tubuhnya hanya sekitar 50 cm dengan tinggi mencapai 30 cm serta berat sekitar 1,5-2 kilogram saja. Kancil merupakan satu di antara 6 jenis pelanduk yang ada di dunia.
Oh iya, tidak seperti di lirik lagunya, makanan kancil ini bukan ketimun loh. Kancil lebih suka mengonsumsi daun-daunan dan umbi-umbian yang ada di hutan.
Meskipun sudah dinyatakan sebagai hewan yang dilindungi sejak tahun 1999, hewan yang dikenal cerdik ini masih saja menjadi target buruan manusia. Entah itu untuk dimakan, diambil kulitnya, maupun ditangkap hidup-hidup untuk dijadikan hewan peliharaan. Ini membuat populasi Kancil terus berkurang dari tahun ke tahun.
Saat ini, belum diketahui secara pasti populasi yang tersisa di alam bebas. Minimnya penelitian terhadap hewan mamalia tersebut, ditambah sifat alaminya yang pemalu membuat Kancil sulit ditemui. Saat ini, hewan tersebut masih berstatus Data Deficient (kurang data).
Wah, kalau dibiarkan terus seperti ini, lama-lama bisa punah juga dong?
7. Elang Jawa
Foto: nasional.tempo.co
Dibandingkan jenis elang lain yang ada di dunia, Elang Jawa memiliki beberapa ciri fisik yang khas. Di kepala burung legendaris ini terdapat jambul yang menjulang ke atas dengan ujung berwarna hitam. Tubuhnya didominasi warna gelap, sementara kepalanya berwarna cokelat kemerahan.
Elang Jawa menyukai hutan lebat sebagai tempat tinggal mereka. Populasinya tersebar di seluruh Pulau Jawa, dari Ujung Kulon, Banten sampai ke Alas Purwo, Jawa Timur.
Sayangnya, pembalakan liar dan peralihan fungsi hutan semakin menyusutkan habitat Elang Jawa. Tak hanya itu, di pasar gelap, harga hewan ini sangat tinggi. Sepertinya, ada kebanggaan tersendiri bagi para kolektor bila memiliki predator terbang ini. Hal ini tentu saja memicu orang-orang tak bertanggungjawab semakin gencar melakukan perburuan terhadap Elang Jawa.
Senasib dengan saudaranya di Flores, Elang Jawa juga tengah terancam eksistensinya. Berdasarkan pengamatan, populasi Elang Jawa di tahun 2017 tinggal tersisa 325 pasang saja.
Ketujuh satwa di atas baru sebagian dari sekian banyak hewan-hewan asli Indonesia yang berada di ambang kepunahan.
Miris ya guys, di alam Indonesia yang kaya ini, hewan-hewan endemis yang seharusnya bisa menjadi kebanggaan justru terancam musnah. Sepertinya, kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian satwa-satwa tersebut masih sangat rendah.
Padahal, keberadaan hewan-hewan langka tersebut enggak cuma ikonik, tapi juga memiliki peranan penting dalam keseimbangan ekosistem. Kepunahan mereka pasti akan menimbulkan efek domino bagi lingkungan sekitarnya.
Mau sampai kapan mereka diburu dan dirusak habitatnya? Yuk sama-sama kita lestarikan bumi pertiwi...