KRICOM - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengaku, kasus pembunuhan dengan korban wanita di Indonesia mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat bila dibandingkan tahun 2017.
Setidaknya, pada bulan Januari 2018 ini, tercatat 30 wanita dibunuh.
"Rata-rata setiap harinya ada perempuan di Indonesia dibunuh, dan pelakunya adalah orang dekat," kata Neta kepada KRICOM.ID, Senin (5/2/2018).
Neta menerangkan, ke-30 wanita yang dihabisi nyawanya terjadi di 15 provinsi di Indonesia, dengan tingkat kesadisan yang luar biasa.
Dia mencontohkan, di Jakarta Barat misalnya, seorang istri berinisial NI disiram minyak tanah oleh sang suami berinisial IA. Namun, NI berhasil melarikan diri ke kantor polisi saat akan dibakar oleh pelaku.
"Seorang wanita hamil berinisial LR yang sedang hamil, pada 4 Januari 2018 diinjikan-injak oleh suaminya. Akibatnya, anak yang ada di dalam kandungan tewas. Namun, beruntung nyawa sang istri dapat terselamatkan," ujarnya.
Neta melanjutkan, kasus kekerasan kembali terjadi. Dan kali ini menimpa Karmi (40) di Magetan, Jawa Timur, yang disiksa oleh suaminya Sud (45).
"Kemaluannya dipukul dengan martil oleh suaminya, setelah tewas, martil yang digunakan untuk membunuh ditaruh diatas kemaluannya," ungkapnya.
"Kasus ini meningkat pada Januari 2018 bila dibandingkan dengan bulan Januari 2017 silam, hanya hanya sembilan kasus, yakni di Jakarta, Sulsel, Banten, Bali, Papua Barat, Kepri dan Riau," jelasnya.
Lebih lanjut, kata Neta, Jawa Timur menduduki peringkat pertama kasus pembunuah wanita yang disusul Jabar, Jateng, Aceh, Yogyakarta, Jambi, Sulteng, Bali, Sumut, Kepri, Papua Barat, Riau, Kalsel, Kalbar dan Sulbar.
"Paling banyak korban ditemukan di dalam rumah ada enam kasus, kemudian dibuang di jalanan empat kasus, dibuang di sungai tiga kasus, dibuang di kebun dua kasus. Sisanya, mayat perempan ditemukan di pantai, masjid, sumur, ruko, hutan dan kamar mandi serta dikubur oleh pelaku," tutupnya.