KRICOM - Penegakan hukum di Indonesia hingga saat ini bisa dibilang belum berjalan maksimal. Buktinya, masih banyak kasus-kasus pembunuhan yang belum terungkap. Mulai dari misteri kematian Mahasiswa UI, Akseyna Ahad Dori, sampai kasus pembunuhan terhadap aktivis buruh, Marsinah di era 90-an. Tim Kricom merangkum lima kasus pembunuhan yang masih misterius hingga saat ini.
1. Tri Ari Yani Puspo Arum
Tri Ari Yani Puspo Arum (Arum) ditemukan tewas bersimbah darah di kamar kosnya di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat pada 9 Januari 2017. Terdapat sejumlah luka tusuk di bagian leher ketika jasad Arum ditemukan.
Polisi mengatakan, ada sejumlah barang milik Arum yang hilang saat mahasiswi Indonusa Esa Unggul ini ditemukan tewas, di antaranya telepon seluler, dompet, dan laptop. Namun polisi belum dapat menyimpulkan apakah Arum adalah korban perampokan.
Pada bulan Maret 2017, polisi mengaku sudah mengantongi identitas pembunuh Arum. Namun hingga saat ini, sang pelaku belum juga tertangkap.
2. Akseyna Ahad Dori
(Foto: Merdeka)
Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Indonesia (UI), Akseyna Ahad Dori ditemukan tewas mengapung di Danau Kenanga UI, Depok pada 26 Maret 2015 lalu.
Dari hasil penyelidikan, ditemukan sejumlah batu di dalam tas ransel yang melekat di tubuh Akseyna. Kuat dugaan, batu itu digunakan untuk menenggelamkan jasadnya. Penyelidikan pun berkembang setelah ditemukannya luka pada tubuh Akseyna. Polisi menyimpulkan, Akseyna merupakan korban pembunuhan.
Sudah lebih dua tahun sejak jasad pemuda dengan nama panggilan Ace ini ditemukan. Sudah puluhan saksi yang diperiksa penyidik kepolisian. Namun titik terang dari kasus ini belum juga nampak. Irjen Mochamad Iriawan yang ketika itu menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya menyebut, pihaknya kesulitan dalam mengungkap kasus ini lantaran minimnya saksi dan bukti yang ada.
3. Nelson Marbun
(Foto: Tribun)
Pembunuhan sadis terjadi di sebuah rumah di daerah Meruya, Jakarta pada 12 September 2015. Sang pemilik rumah, Nelson Marbun, dibantai di depan istrinya, Riris Marbun Boru Pasaribu. Nelson tewas mengenaskan. Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan luka bacokan. Sang istri pun tak luput dari penganiayaan, namun nyawanya masih bisa terselamatkan.
Polisi menduga, pembunuhan tersebut dilatarbelakangi dendam seorang kuli bangunan yang dipecat Nelson ketika merenovasi rumahnya beberapa bulan sebelumnya. Polisi bahkan sempat menahan seorang kuli berinisial NH. Namun setelah menjalani pemeriksaan, NH dilepaskan karena tidak terbukti melakukan pembunuhan keji tersebut.
4. Tito Kei
(Foto: Indonesia Today)
Tito Kei merupakan adik kandung sekaligus pengacara dari penjahat kelas kakap, John Kei. Pria bertato ini tewas ditembak orang tak dikenal pada 31 Mei 2013.
Ketika itu, Tito sedang bermain kartu di depan warung dekat kediamannya di Perumahan Titian Indah, Bekasi. Tiba-tiba, seorang tak dikenal mengenakan jaket hitam dan helm berjalan kaki menghampiri Tito. Orang tak dikenal tersebut lalu mengeluarkan pistol dan menembak Tito di belakang kepala dari jarak 3 meter. Tak hanya Tito, pemilik warung tersebut juga tewas tertembak di dada.
Hasil olah TKP menyimpulkan, pelaku berjumlah dua orang. Satu sebagai eksekutor, satu lagi menunggu di atas sepeda motor tak jauh dari tempat kejadian. Pembunuhan ini diduga dilakukan orang yang sudah terlatih.
5. Marsinah
(Foto: Merdeka)
Ini mungkin termasuk kasus pembunuhan paling fenomenal di Indonesia sepanjang sejarah. Pembunuhan yang terjadi 24 tahun silam tesebut hingga kini tak pernah terungkap.
Marsinah adalah seorang buruh sekaligus aktivis yang gigih memperjuangkan hak-hak para pekerja. Ketika itu, Mei 1993, Marsinah memimpin aksi pekerja PT Catur Putra Surya (CPS), sebuah pabrik yang memproduksi jam tangan. Marsinah sendiri juga merupakan karyawan PT CPS. Aksi tersebut digelar untuk menuntut kenaikan upah.
Pada 5 Mei 1993, Marsinah mengadakan pertemuan dengan rekan-rekannya sesama aktivis di kawasan Porong Sidoarjo. Setelah pertemuan tersebut, Marsinah pamit untuk makan, namun setelah itu tak terdengar lagi kabar darinya. Hingga akhirnya pada 8 Mei 1993, Marsinah ditemukan telah tewas dengan tubuh penuh luka di hutan Dusun Jegong, Desa Wilangan, Nganjuk.
Aparat kemudian menciduk 9 orang petinggi PT CPS yang dituding sebagai pelaku pembunuhan terhadap Marsinah, termasuk sang pemilik pabrik, Yudi Susanto. Para terdakwa kemudian disidangkan pada Oktober 1993.
Pada persidangan pertama, para terdakwa mengakui bahwa merekalah yang membunuh Marsinah. Namun dalam persidangan-persidangan selanjutnya, mereka membantah telah melakukan pembunuhan. Di hadapan Majelis Hakim, para terdakwa mengaku disekap, disiksa dan dipaksa menandatangani BAP. Salah seorang terdakwa, Suwono bahkan membuka bajunya untuk menunjukkan bekas luka dari penyiksaan tersebut.
Para terdakwa akhirnya menghadapi vonis. Yudi Susanto dijatuhi hukuman 17 tahun penjara. Sementara staff lainnya diganjar hukuman bervariasi, antara 7 bulan hingga 12 tahun. Tak terima dengan putusan ini, para terdakwa kemudian mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Surabaya.
Banding yang diajukan Yudi Susanto membuahkan hasil. Dirinya langsung dibebaskan sementara terdakwa lainnya melanjutkan ke tingkat kasasi ke Mahkamah Agung. Hasilnya, pada 3 Mei 1995, semua terdakwa dibebaskan dari dakwaan.
Ketika itu, berbagai kalangan menilai bahwa kasus ini penuh dengan rekayasa. Dilansir dari laman Merdeka, Kuasa hukum Yudi Susanto bahkan secara spesifik menyebut adanya rekayasa aparat Kodim untuk mencari kambing hitam pembunuh Marsinah.
Terlepas dari segala kontroversi, siapa pembunuh Marsinah yang sebenarnya hingga kini masih menjadi misteri yang tak terpecahkan.
Selain lima kasus di atas, masih banyak lagi kasus-kasus pembunuhan di Indonesia yang tak terungkap. Meski begitu, semoga saja tak ada lagi kasus pembunuhan keji di Indonesia ke depannya. Kepolisian juga diharapkan semakin meningkatkan kinerjanya agar kasus-kasus yang terlanjur terjadi bisa terungkap.