Pembakaran Polres Dharmasraya Bukti Teroris Tak Melulu Bom
KRICOM - Ketua Presidium Indonesian Police Watch, Neta S Pane mengatakan bahwa kasus penyerangan oleh terduga teroris yang berakhir dengan pembakaran Polres Dharmasraya membuktikan bahwa para teroris berani melakukan perlawanan walau hanya bermodal senjata sederhana seperti busur dan anak panah.
"Dengan senjata apa adanya para teroris tetap bisa melakukan perlawanan dan menyerang polisi," ucap Pane dalam rilisnya, Minggu (12/11/2017).
Selain itu dirinya berusaha merefleksikan kejadian di Polres Dharmasraya, Sumatera Barat dan kasus penyerangan Markas Polisi Daerah Sumatera Utara pada malam takbiran, Minggu (25/6/2017) dan dirinya menganalisis bahwa ada pola penyerangan teroris bukan lagi mengarah ke Ibukota negara ataupun pulau Jawa tetapi ke Sumatera dan bahkan pedalaman Sumatera Barat.
"Selain itu kasus Dharmasraya menunjukkam bahwa dalam melakukan serangan para teroris tidak hanya terfokus di kota besar dan kini mereka juga mengincar wilayah pedalaman. Fenomena ini perlu diantisipasi polri akan teror tidak kian menyebar," tambah Pane.
Sebelumnya pada Minggu (12/11/2017) sekitar pukul 02.45 WIB Gedung Polres Dharmasraya, Sumatera Barat dilalap si jago merah. Adapun pada kebakaran tersebut polisi menembak mati dua pria berpakaian serba hitam dengan membawa busur panah serta kertas berupa pesan jihad.
Untuk kawasan Sumatera sendiri pada bulan Juni lalu terjadi penyerangan terhadap Markas Polisi Daerah Sumatera Utara yang mengugurkan Ipda Anumerta Martua Sigalingging yang sedang berjaga.