KRICOM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tengah menjadi sorotan diseluruh dunia. Bukan karena prestasinya tapi karena penyataan kontroversialnya. Kecaman dan kutukan terhadap orang nomor satu di negeri Paman Sam itu terus disuarakan.
Hal itu terkait keputusan Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibukota Israel serta berencana memindahkan Kedutaan Besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Wakil Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) Jeje Jaenuddin berharap pernyataan Trump itu menjadi pembangkit spirit negara Arab dan dunia Islam.
Utamanya, untuk mengukuhkan persatuan dan menghentikan konflik internal yang berkepanjangan dan telah menghancurkan segala kekayaan serta kekuatan umat.
Sebab, menurut Jeje, tidak mungkin Trump mengambil sikap frontal tersebut tanpa alasan dan pemikiran panjang. Jeje menilai momentum itu diambil Trump setelah keadaan di negara Arab yang tengah porak poranda akibat perang saudara.
Jeje menambahkan, indikasi mencari momentum yang tepat sangatlah jelas, pernyataan itu dilontarkan setelah Irak, Suriah, Yaman, hancur lebur akibat perang. Hal ini memancing Saudi untuk membangun koalisi Arab yang berujung pada perang yang menghancurkan kekuatan dunia Islam.
"Yaitu saat dunia Islam sudah kehabisan jiwa, raga, harta, benda, kekayaan, dan kekuatannya disebabkan peperangan yang membinasakan bangsa dan negaranya sendiri, di mana itupun tidak mungkin lepas dari skenario dan konspirasi yang melibatkan Amerika dan Zionis Israel," tegas Jeje kepada Kricom.Id, Jumat (8/12/2017).
Terlebih, lanjut Jeje, hal itu dilontarkan Trump setelah kekuatan perlawanan rakyat Palestina melalui gerakan Hamas telah dihancurkan secara psikologis dengan ditetapkannya sebagai Organisasi teroris.
"Kemudian ditekan dengan kekuatan politik International untuk mau berkoalisi dengan Fatah dan seluruh persenjataannya harus dilucuti," papar Jeje.
Menurutnya, kekuatan untuk membela Palestina dari penjajahan biadad saat ini hanya tinggal ada pada hati nurani masyarakat dunia.
"Akankah penduduk bumi ini bersekutu dalam penghianatan terhadap keadilan dan kemanusiaan? Dengan membiarkan bangsa Palestina menghadapi penderitaannya sendirian tanpa ada yang membelanya," pungkasnya.