KRICOM - Pengamat Terorisme Al Chaidar mengaku tidak heran dengan kabar kekisruhan di Mako Brimob yang dilakukan oleh tahanan kasus terorisme. Menurutnya, peristiwa tersebut merupakan imbas dari disatukannya tahanan atau lapas, antara napi terorisme dan napi pidana umum.
Chaidar mengaku, perkara tahanan atau lapas yang disatukan ini telah ia suarakan jauh-jauh hari kepada pemerintah. Pasalnya, bahaya penyatuan lapas ini memiliki risiko yang sangat besar yakni justru menyebarkan paham radikal di dalam lapas.
"Soal penjara, dulu sudah direkomendasikan oleh para ilmuwan supaya mereka (napi teroris) ditempatkan secara terpisah, tidak berkumpul apalagi dicampurkan dengan yang napi-napi lainnya. Saya kira memang ini problem kalau tidak direspon secara bagus oleh pemerintah ini nanti takutnya pemerintah tidak bisa menangani jika sudah parah," ucap Al Chaidar kepada kricom, minggu (12/11/2017).
Soal penyatuan napi teroris, Al Chaidar pun mengataksn bahwa faktanya masih banyak lapas lain yang menyatukan napi kasus terorisme di dalam satu blok lapas sehingga potensi kasus di Mako Brimob depok bisa saja terjadi di tempat lain.
"Lapas lain banyak menempatkan mereka di satu tempat, jadi ada blok khusus, blok teroris namanya dan saya kira pemerintah harus cepat melakukan pemisahan agar tidak terjadi peristiwa yang sama di tempat lain," ucap Al Chaidar
Sebelumnya pada Jumat (10/11/2017) pada pukul 16.00 WIB terjadi keributan tahanan terjadi di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Akibatnya, sejumlah fasilitas rutan rusak seperti kerusakan di pintu sel tahanan dijebol, pintu pagar lorong blok, kaca jendela di blok C dan blok B.
Sebelumnya, kerusuhan yang dilakukan oleh napi kasus terorisme juga terjadi di Lapas Nusakambangan. Imbas dari peristiwa tersebut satu orang tewas dan sejumlah napi luka-luka.
(Naufal)