KRICOM - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Rusia sempat memanas terkait operasi militer di kawasan Suriah. Pasalnya, kedua negara memilih untuk mendukung kubu yang berbeda, Rusia mendukung Pemerintah Suriah dan AS menyokong kelompok pemberontak.
Namun hubungan keduanya kini kian membaik, seiring dengan kesepakatan antar kedua kepala negara, yaitu Donald Trump dan Vladimir Putin yang akan bertemu di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Vietnam. Dalam pertemuan tersebut, Trump dan Putin sepakat untuk bekerja sama memberantas ISIS di Suriah.
Kesepakatan tersebut telah dikonfirmasi langsung oleh Kremlin. Menurut keterangan yang dikeluarkan pejabat Rusia, AS dan Negeri Beruang Merah telah setuju untuk bersama-sama memberantas para anggota ISIS yang masih tersisa di Suriah.
"Kami akan berusaha terus memberantas ISIS dan meminta kepada semua pihak untuk mengambil bagian dalam proses Perjanjian Perdamaian Jenewa," ujar juru bicara Kremlin melalui sebuah rilis, seperti dikutip dari BBC.
Adapun pasukan pemberontak Suriah yang menamakan diri Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) yang disokong oleh militer AS, mengklaim telah menguasai Raqqa, salah satu kota yang menjadi pusat pemerintahan ISIS di Suriah. Dengan klaim tersebut, AS percaya kini pergerakan ISIS akan kian terbatas.
Hal tersebut juga didukung oleh keberhasilan pasukan militer Irak menguasai kota Mosul di Irak yang juga merupakan basis utama kelompok ISIS dalam menjalankan operasinya.
Namun sampai saat ini, menurut kabar yang beredar, anggota ISIS masih terus beroperasi di kawasan-kawasan tersembunyi. Terlebih beredar kabar bahwa Pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi masih hidup dan masih terlihat di salah satu kota di Suriah.