KRICOM - Progres pembangunan Museum Pelelangan Ikan di Penjaringan, Jakarta Utara ,sudah mencapai 87 persen. Dengan begitu, akhir bulan ini tempat bersejarah itu sudah bisa dikunjungi masyarakat.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, Darjamuni menuturkan kalau museum itu akan diintegrasikan ke Museum Bahari dan Kawasan Kota Tua. Lokasinya pun dibangun di atas tanah bekas tempat pelelangan ikan.
"Ini merupakan satu kesatuan objek wisata bahari yang diintegrasikan dengan museum," kata Darjamuni kepada wartawan di Jakarta, Jumat (8/12/2017).
Diakui Darjamuni, merekonstruksi bangunan bersejarah hingga menyerupai bentuk aslinya memang bukan perkara mudah.
Apalagi, material yang digunakan terdahulu kini tak lagi tersedia bebas, sehingga cukup menyulitkan saat proses rekonstruksi.
Proses tersulit dalam rekonstruksi yakni mencari jenis kayu ulin yang dipakai untuk membentuk kerangka kuda-kuda. Dari 18 kerangka kayu kuda-kuda terdahulu, hanya sisa dua yang bisa dimanfaatkan. Itu pun tak seluruhnya utuh dapat direkonstruksi.
"Kayu Ulin kita pesan dari Kalimantan. Itu pun mengurus izinnya sekitar sebulan. Karena memang jenis kayu itu kan termasuk yang dilindungi," ungkap Darjamuni.
Padahal sebelumnya, dia telah menyiapkan pengolahan kayu di lokasi rekonstruksi. Namun kondisi kayu di Jakarta yang rapuh mengharuskan kayu dipesan dari Kalimantan.
Sebab kayu tersebut tak dapat dipaku sehingga harus dibor untuk pemakaian mur.
"Satu kerangka kuda-kuda ada sekitar 1.700 ring yang terbuat dari kayu. Totalnya ada 18 kerangka kuda-kuda. Ring itu untuk menjaga keelastisan kerangka kuda-kuda kayu tinggi," terangnya.
Selain soal kayu, proses rekonstruksi pun terkendala pada penyediaan genting. Tim Cagar Budaya mengharuskan bentuk genting sesuai dengan aslinya. Sehingga didapatkan pembuatan genting terdapat pada sebuah perusahaan yang berada di Purwakarta, Jawa Barat.
"Semuanya kita patuhi rekomendasi dari Tim Cagar Budaya. Kita ingin agar bangunan kembali sesuai keasriannya," tutupnya.