KRICOM – Desa Binorong, di Kabupaten Banjarnegara ternyata bukan sekali saja mencuat akibat ada warganya yang berurusan dengan Densus 88 terkait dengan jaringan teroris. Terakhir yang berurusan dengan Densus 88 adalah AG, warga RT 04/05 Desa Binorong, beberapa waktu lalu.
Kepala Desa (Kades) Binorong, Bunyamin menyatakan, bahwa dua orang warga Desa Binorong, yaitu HD dan RH ditangkap karena masuk jaringan teroris. Baik AG, HD, dan RH selama ini mereka memang berteman. Ketiga orang itu juga menjalankan usaha yang sama, yaitu jualan nugget. Diduga, selain ketiga orang itu masih ada warga lain yang merupakan anggota jaringan ketiga warga tersebut.
“Dari tertangkapnya ketiga warga Binorong, banyak kalangan yang menilai jika banyak warga Desa Binorong yang pahamnya disusupi ideologi teroris. Namun, pihaknya berharap kini desa ini bebas dari jaringan yang dibangun terduga teroris. Kami yakin, warga kami tidak akan tersusupi oleh paham radikal tersebut,” ujar Bunyamin kepada wartawan di Kantor Desa Binorong, Jumat (9/2/2018).
Menurutnya, paham teroris dapat masuk Desa Binorong diduga karena banyaknya warga mantan tenaga kerja Indonesia (TKI). Hal ini karena tidak menutup kemungkinan, mantan TKI itu sengaja membawa ideologi atau budaya dari negara penempatan yang belum tentu sesuai dengan ajaran Islam serta kearifan lokal.
Selama ini, populasi TKI dari Desa Binorong merupakan salah satu yang terbanyak di antara desa lain di Kabupaten Banjarnegara. Bahkan, tercatat ada 300 warga Desa Binorong yang menjadi TKI di sejumlah negara serta menetap lama di berbagai negara di Asia dan Timur Tengah.
“Setelah sekian lama menetap di negara di wilayah Asia maupun Timur Tengah, saat kembali ke desanya banyak perubahan perilaku. Selain itu, untuk para mantan tenaga kerja wanita (TKW) dari Desa Binorong yang kembali ke desanya akhirnya banyak yang mengenakan cadar. Yang utama lagi, sikap mereka ikut berubah bahkan lebih eksklusif ketimbang sebelumnya,” tandasnya.