KRICOM - Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang baru-baru ini telah mendeklarasikan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel langsung mendapatkan kritik tajam dari berbagai pihak. Mulai dari pemimpin umat Katolik seluruh dunia, Paus Fransiskus hingga Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengaku khawatir dengan langkah yang dibuat oleh Trump.
Paus Fransiskus dalam sebuah pernyataannya, sesaat setelah Trump melakukan deklarasi di Gedung Putih pada Rabu (6/12/2017) waktu setempat, mengatakan bahwa semua pihak seharusnya menghormati kondisi yang saat ini tengah berlangsung di Israel.
"Saya tidak lagi bisa tinggal diam, terkait kekhawatiran saya dalam situasi yang tengah berkembang sejak beberapa hari lalu. Saya memohon dengan sepenuh hati agar semua orang berkomitmen untuk tetap menghormati status quo di kota Yerusalem, merujuk pada resolusi-resolusi PBB," ujar Paus Fransiskus dalam pidato mingguannya di Vatikan.
Paus lebih lanjut menggambarkan bahwa Yerusalem adalah kota bagi semua orang dan tidak bisa dimiliki oleh satu golongan tertentu. Hal tersebut bisa dilihat dari sejarah yang melatarbelakangi kota yang berlokasi di kawasan Timur Tengah tersebut.
"Yerusalem adalah kota yang unik, kota suci bagi kaum Yahudi, Kristen, dan Muslim. Sebuah Tempat Suci bagi agama-agama sekaligus simbol perdamaian. Saya berdoa agar identitas tersebut tetap dijaga demi kawasan Timur Tengah dan seluruh dunia," sambungnya.
Hal serupa juga disuarkan oleh Sekjen PBB, António Guterres. Dalam pernyataannya di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, Guterres mengatakan bahwa Trump telah melakukan langkah yang sembrono dan membahayakan proses perdamaian antara Israel dan Palestina.
"Status Yerusalem seharusnya dibicarakan melalui negosiasi antara dua pihak yang berkepentingan (Israel dan Palestina) dengan didasari oleh resolusi-resolusi yang relevan dari Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB," ujar Guterres saat ditemui di luar ruangan DK PBB.
Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump telah membuat langkah kontroversial dengan mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Hal tersebut dipandang Trump sebagai langkah yang seharusnya telah dilakukan sejak lama oleh para pendahulunya.
"Pada hari ini, kita pada akhirnya bisa mengakui satu hal yang sangat jelas, bahwa Yerusalem adalah Ibu Kota dari Israel," ujar Trump saat berbicara di Ruang Resepsi Diplomatik di Gedung Putih. "Ini adalah sebuah pengakuan terhadap sebuah realita. Ini adalah salah satu hal yang tepat untuk dilakukan. Ini adalah sebuah tindakan yang layak dilakukan."